Rabu, 08 Mei 2019

Pengalaman Ditipu Modus Beli Mobil Bekas & Keribetan Mengurus Birokrasi (Part 2)

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh



Haiii setelah sebelumnya gw cerita awal mula dan bagaimana gw ditipu (Baca Part 1), di post lanjutan ini gw mau lanjut cerita tentang gimana usaha gw mengurus segala keribetan pengaduan kasus penipuan ini. Ya, sebenarnya gw sudah nggak mood untuk cerita ini lagi karena gw uda merasa ikhlas aja gitu, tapi karena gw berfikir sepertinya pengalaman ini akan berguna klo dishare (siapa tahu ada yang butuh informasinya), jadilah gw memutuskan untuk tetap ngeshare. Nah apa saja usaha yang gw lakukan? Ini dia!

Menelpon Call Centre Mandiri

Sebagaimana gw bilang di post sebelumnya, bahwa hal pertama yang gw lakukan saat sampai kosan adalah segera menelpon call centre Mandiri  14000 dan curhat panjang kali lebar ke mas CSnya. Mas CSny pun ngasih tahu gw kalau yah gw habis ditipu. Disitu gw tanya kira-kira prosedur apa yang harus gw tempuh. Kata Masnya karena proses terjadinya transfer adalah beda bank (Mandiri ke BNI) maka masalah ini pun harus diselesaikan di 2 bank. Dimana gw harus membuat laporan terlebih dahulu ke Mandiri dengan berbekal surat dari kepolisian, kemudian dari pihak Bank Mandiri akan menghubungi pihak Bank BNI untuk memblokir akun penipu tersebut dan melakukan tindakan seperlunya. 

Menelpon Call Centre BNI

Oke setelah dapat info dari call centre Mandiri, gw lanjut menghubungi call centre BNI 1500046. Info serupa pun gw dapatkan sebagaimana telfon ke cal centre BNI sebelumnya. Yasudah karena berhubung sudah malam (tengah malam lebih tepatnya), gw memutuskan untuk mengurus segala sesuatu esok paginya.

Membuat Laporan Polisi ke Kapolsek


Pagi-pagi sekitar jam 7 gw pergi ke kantor kapolsek. Nah meskipun jam kerjanya masih jam 8, tapi khusus untuk layanan pengaduan masyarakat buka 24 jam. Saat pertama kali sampai di kapolsek, gw disambut oleh bapak-bapak dan menanyai singkat apa yang ingin gw lakukan disitu. Ya sudah gw cerita singkat tentang kasus penipuan yang gw alamin. Bapaknya sempat nanya berapa kerugian yang gw alamin, gw sebut angkanya, disitu si Bapak sempat bilang klo kasus kehilangannya kurang dari 1 juta tidak diproses. Oke alhamdulillah, gw lulus test pertama.

Selanjutnya gw diarahkan untuk membuat laporan. Nah disini ada 2 pilihan laporan, yaitu laporan polisi dimana klo kita memilih opsi ini maka akan ditindaklanjuti oleh polisi dalam hal ini polisi akan berusaha menangkap korban. Disini Pak Polisi menjelaskan klo pilihan ini lumayan ribet, karena butuh kerjasama antara polda dengan BI untuk mendapatkan data pelaku dll, ada kemungkinan semua saksi yang terlibat bakal dipanggil untuk wawancara (si Bapak nanyain apakah keluarga gw mau kalau tiba-tiba diundang buat datang ke Jakarta untuk wawancara), prosesnya lama memakan waktu, bahkan menurut pengalaman korban penipuan macam gw biasanya nggak ambil opsi ini. Yah, intinya seakan-akan si Bapak Polisi bilang "jangan pilih opsi ini" 😅.

Lalu apa opsi kedua? nah opsi kedua ini hanya sekedar membuat surat kehilangan yang kemudian diserahkan ke Bank. Di opsi ini polisi tidak akan menindaklanjuti kasus (tidak menangkap penipu). Kata bapaknya, kebanyakan korban penipuan memilih opsi ini karena mereka tidak mau ribet.

Apa keputusan gw? Gw pilih opsi pertama. Ya gw tahu gw merasa diintimidasi dengan cara si Bapak jelasin opsi-opsi ke gw dan berusaha nakut-nakutin gw biar nggak ambil opsi pertama. Gw pingin komplotan pelaku itu ketangkep aja, biar kapok dan nggak ada lagi kasus kayak gini. Gw sempat berpikir, klo ternyata selama ini korban kebanyakan milih opsi ke 2, ya jangan heran klo komplotan pelaku penipuan akan selalu ada bahkan bisa aja terus bertambah 😒.

Oke setelah kekeuh memilih opsi pertama, si Bapak Polisi kembali mengingatkan gw bahwa nggak ada jaminan gw bakal dapat duit gw balik karena itu urusan bank, wewenang polisi adalang menangkap pelaku. Gw pun selanjutnya diarahkan untuk membuat laporan polisi (menceritakan kronologi, memberikan barang bukti).


Setelah laporan polisi selesai, gw diminta untuk menemui bapak Ajun Inspektur (maaf gw lupa pangkatnya) di lantai 3. Si Bapak baca laporan polisi gw, dia bilang ke gw buat balik 2 hari lagi ke dia buat ngasih info tentang alamat si pelaku berdasarkan no rekening dia. Yap, gw diminta untuk minta data tersebut ke bank. Okelah dari situ gw pamit dan meluncur menuju Bank Mandiri.


Mendatangi CS Bank Mandiri

Sampailah gw di Bank Mandiri, dan gw jadi nasabah pertama disitu karena kebetulan masih jam 8 pagi. Gw kasih tunjuk laporan polisi dan cerita semua kronologis ke mbak CSnya, gw pun dibikinkan surat pengaduan. Si Mbak CS bilang dari Bank Mandiri nggak bisa berbuat apa-apa karena rekening pelaku adalah rekening BNI (beda bank) jadi nggak bisa langsung blokir gitu. Tapi dari Mandirinya sudah meneruskan pengaduan gw ke Mandiri pusat untuk selanjutnya akan diinformasikan ke BNI. Si Mbak CS bilang biar abis ini gw ke Bank BNI untuk minta diblokir akunnya si pelaku, karena masih ada kemungkinan duit gw masih disitu jadi bisa terselamatkan. Oke setelah gw sekalian mengganti kartu ATM di Mandiri, gw pun melanjutkan perjalanan gw ke Bank BNI


Mendatangi CS Bank BNI

Di Bank BNI, gw sekali lagi cerita kronologis kejadian penipuan yang gw alamin, sambil menunjukkan dokumen laporan polisi dan surat pengaduan dari Bank Mandiri. Gw pun cerita juga klo gw diminta sama Pak Polisi buat minta data alamat nasabah dari rekening pelaku. Disitu Mbak CSnya bilang klo mereka sama sekali nggak bisa berbuat apa-apa. Langsung syok dong gueee. Si Mbak bilang harus ngikutin SOPnya, dimana karena rekening gw mandiri maka Bank BNI harus nunggu laporan dari Bank Mandiri dulu baru bisa nutup/blokir si akun rekening pelaku. Bank BNI nggak mau ngasih data pelaku atau blokir akun pelaku meskipun gw berbekal surat polisi dan surat pengaduan dari Mandiri. Innalillahiiiiiii 😭. Yah saat itu gw langsung lemes, gw nggak nyangka mekanismenya seribet itu. Rasanya kayak lu dilempar kesana kemari tanpa kejelasan. Menurut Mbak CSnya pun kalau mau dapat alamat pelaku buat nangkap dia, harus pihak polisi sendiri yang berkoordinasi dengan Bank BNI. Ya Allah, ribetnyaaaaa

Ya meskipun sebagaimana gw bilang klo gw tuh udah ikhlas masalah duitnya, tapi denger cerita mbak CSnya tentang mekanisme yang super ribet itu, gw nggak terima. Gw tanya dong, kalau prosesnya selama itu bukannya malah kemungkinan besar duit gw di rekening dia udah nggak ada? Either ditarik cash ama si pelaku atau di transfer ke rekening lain. Mbak CSnya cuman diam. Terus gw tanya dong, klo duit gw udah nggak ada di rekening pelaku berarti duit gw nggak bisa balik? Mbaknya jawab "Iya". Gw tanya lagi "Misal nih duit gw di rekening pelaku, udah dipindah/transfer ke rekening lain, apakah gw masih bisa mendapatkan duit gw balik?". Si Mbak jawab "Enggak bisa, karena udah diluar wewenang, rekening yang diproses adalah hanya rekening yang dilaporkan".

Ya Allah gw denger itu, gw langsung spontan bilang ke Mbaknya "Ya Allah, Mbak, klo kayak gitu ya nggak heran klo pelaku penipuan masih terus ada bahkan terus bertambah, karena ya mekanisme buat balikin duit nasabah yang hilang seribet ini, mekanisme buat nangkap pelaku juga seribet ini. Saya nggak heran juga klo banyak korban yang akhirnya mengikhlaskan duitnya karena malas menjalani mekanisme seribet ini. Nggak cuman pelaku penipuan, pelaku korupsi ya bakal makin banyak karena data mereka sendiri pun dilindungin sama Bank, susah buat ngetrack histori transaksi mereka". Mbaknya nenangin gw dan bilang ada kok yang duitnya balik. Tapi yah poinnya bukan itu menurut gw, poinnya adalah betapa mekanisme dan birokrasi yang diciptakan ini sangatlah ribet. Gimana usaha penipuan mau berhenti, klo bahkan sistem yang ada sekarang menguntungkan mereka. Ya Allah....

Gw seketika inget cerita salah satu pegawai KPK saat gw ngikutin seminar anti korupsi, klo untuk menangkap pelaku korupsi itu cara yang paling memungkinkan adalah dengan OTT (operasi tangkap tangan) karena pelaku dan barang bukti didapat saat itu juga; sedangkan untuk ngetrack history transaksi mereka sangatlah susah apalagi Bank sudah memiliki SOP untuk tidak membocorkan data nasabah apalagi statusnya masih berupa "terduga". 

Ya ya ya, di momen itu gw udah males ngomong sama Mbaknya lagi, gw langsung nyelonong pulang tanpa pamit. Gw tahu kesannya seperti gw kekanak-kanakkan dan baper; tapi gw memutuskan untuk langsung pulang karena air mata gw udah diujung alias tinggal tumpah. Daripada malu nangis depan mbaknya, mending gw pulang aja. Gw nggak tahu kenapa gw nangis, yang jelas bukan karena kemungkinan besar gw bakal nggak dapat duitnya balik. Mungkin gw menangis karena di momen itu gw melakukan segalanya sendirian, dan malah diakhir didapatin kabar klo mekanisme penangkapan pelaku & pemblokiran akunnya seribet itu, rasanya kayak usaha ini sia-sia 😓. Gw menyesal gw udah ngomelin mbaknya, padahal kan mbaknya nggak salah apa-apa. Gw juga menyesal udah mengungkapkan kekesalan gw ke Mbaknya. Maaf, ya Mbak 😫

Cuap Cuap Terakhir

Oke setelah adegan tangis-menangis, gw tetap mau mengingatkan sekali lagi kalau kalian harus waspada dengan segala bentuk penipuan. Berikutnya tentu gw akan mengupdate lanjutan cerita ini, apakah pelaku tertangkap? Apakah duit gw bisa kembali?
Ya semoga tulisan gw bermanfaat buat kalian. Mohon maaf kalau gw selalu panjang lebar klo nulis, ya mohon dimaklumi gw memang aslinya cerewet. Hahaha.

Bye Bye!! See You Next Post!



0 komentar:

Posting Komentar