Tampilkan postingan dengan label Travelling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Travelling. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Maret 2024

Trip to Arizona: Page, Antelope Canyon, Horse Shoe Bend, Lake Powell, dan Grand Canyon,

 Halo Assalamu'alaikum,


Sebenarnya sudah pingin banget nulis ini dari tahun lalu, tapi karena kesibukan dan kemalasan, akhirnya baru punya niat dan semangat menulis hari ini. Jadi post kali ini tentang jalan-jalan, lebih tepatnya ke Arizona. Ceritanya tuh tahun 2022-2023 aku tinggal di Amerika Serikat untuk urusan penelitian dan sekolah. Selama setahun tersebut bisa dibilang hampir tiap minggu-nya ada saja agenda jalan-jalan, dan alhamdulillah hari ini punya semangat buat menulis salah satu pengalaman jalan-jalan yaitu ke Arizona.

Jadi perjalanan aku ke Arizona ini adalah salah satu dari rangkaian road trip lintas state Nevada-Arizona-Utah selama 5 hari. Saat itu lagi pusing-pusingnya sama penelitian yang stuck, akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sekaligus merayakan idul Adha di state lain. Karena akan terlalu panjang kalau ditulis dalam satu tulisan, maka di post ini akan fokus saja ke trip di Arizona. 


Page City

Perjalanan kita ke Arizona dimulai dengan menginap di Page City. Kenapa Page? Karena di Page ini ada segala macam objek wisata yang kita kunjungi. Di Page, kita memutuskan menginap di sebuah rumah (AirBnB) selama 2 malam. 

Welcome to Page

Malam pertama adalah malam setelah perjalanan kita sebelumnya dari Utah, paginya kita muter dari Antelope Canyon, Horse Shoe Bend, Lake Powell, dll; kemudian malamnya kita nginep lagi, esoknya kita lanjut perjalanan ke Grand Canyon. Oh ya semua trip ini kebetulan aku rancang sendiri, nggak pakai tour & travel. Alasannya ya karena kalau pake tour & travel itu biayanya mahal bisa 2-3x dari kalau kita ngetrip sendiri, dan alasan lainnya adalah memang dari akunya yang suka dan hoby bikin trip itinerary hahaha (funfact aja, dulu masih kecil hobinya pingin punya tour & travel). Sebagai perbandingan aja, biaya pake jasa tour & travel buat 1x perjalanan ke antelope canyon-grand canyon-horshoe bend itu sekitar 500 USD, belum sama makan, tiket pesawat, dll. Sedangkan di kasus aku, total biaya yang aku keluarkan selama 5 hari mulai dari Las Vegas-Utah-Arizona beserta tiket pesawat, makan, hotel, sewa mobil dengan jumlah tempat wisata yang kita kunjungi lebih banyak, hanya menghabiskan sekitar 600 USD (Tidak sampe 700 USD). Murah banget kan? Alhamdulillah :"""

AirBnB yang kita inepin di Page, sempet bikin BBQ-an bareng bikin steak dengan daging sapi halal beli di Safeway Page

AirBnB yang kita sewa itu berupa rumah 3 kamar (1 kamarnya adalah master bedroom yang guede), lengkap dengan 2 kamar mandi, dapur, washer & drier, parkiran mobil, living room, perkakas buat BBQ, ya intinya full-furnished lah. Aku sewa 2 malam dan biayanya sekitar 541 USD sudah termasuk pajak & cleaning fee. Biaya itu aku sharing dengan temanku yang lain (kita berenam), sehingga kita bayar kurang lebih 45 USD/hari. Rumahnya si bagus ya, recommended buat yang mau atau berencana ke Page.


Antelope Canyon

Untuk Antelope Canyon ada 2 pilihan sebenarnya yaitu upper sama lower antelope canyon, setelah berbagai pertimbangan dan baca review sana-sini, akhirnya diputuskan memilih lower antelope canyon dengan alasan (kata orang) tempatnya lebih sepi dan sebenernya lebih indah dibanding upper canyon (hidden gem gitu ceritanya). Untuk pergi kesini kita harus mesen tour atau guide, kenapa? Karena daerah si canyon ini berada di bawah autoritas dari Navajo Nation (daerah yang dikuasai oleh suku Indian Navajo), dan aturannya kita harus pake tour dari mereka. Akhirnya terpilihlan Ken's Tour, biayanya sekitar 40 USD/orang. 

Sebelum mulai trip, kumpul dulu di tempat tour-nya

Setiap grup rombongan akan mendpaat 1 tour guide yang memang orang asli suku Indian. Tour guide yang aku dapat saat itu sangat ramah, informatif, dan sabar sih (-sabar nungguin kita foto-foto lama di dalam canyon-nya lol). Untuk menuju ke lower antelope canyon ini, harus melalui tangga menuju ke bawah yang lumayan curam, jadi nggak bisa tuh kalau ada yang mau bawa stroller, meskipun begitu anak kecil masih diperbolehkan. Kebetulan di rombongan aku ada yang bawa anak kecil umur <2 tahuh, selama tour dia digendong Bapaknya, dan itu boleh-boleh aja.

Saat masuk dan keluar dari Antelope Canyon

Dari semua objek wisata yang aku kunjungi di Arizona, Antelope Canyon ini yang paling The Best sih. Masha Allah indahnya nggak kira-kira. Sebenarnya dari aku masuk state Arizona tuh udah mulai terkagum-kagum dengan pemandangan di sepanjang jalan, dimana kita disuguhi pemandangan berupa formasi batu-batuan yang secara alami terukir indah dengan bantuan air dan angin, tapi saat aku masuk ke Antelope Canyon ini, bener-bener lebih indah deh. 

Dari angin dan air membentuk uliran-uliran di permukaan batuan

Terlalu indah

Saat aku masih kecil, sering banget lihat pemandangan Antelope Canyon di wallpaper windows. Saat itu aku mikir bahwa foto-foto tersebut tuh diedit karena nggak percaya ada tempat sebagus itu. Taunya setelah beneran berkunjung, tempatnya bener-bener indah, lebih indah dilihat mata malah dibanding di hasil tangkapan kamera. Bahkan kalau kita memfoto pakai kamera yang kualitasnya biasa-biasa aja dan skill fotografi yang secukupnya, hasil fotonya tuh tetap bagus aja gitu, soalnya objeknya tuh emang uda naturally beautifull, mashaAllah. Cuman dari fenomena erosi dari air dan angin aja, bisa ngebuat formasi batuan secantik ituuuuu :"" MashaAllah

Cantiik Cantiik Cantiik MashaAllah

Waktu aku kesini pas musim panas (akhir bulan Juni), itu panasnya bener bener menyengat deh sekitar 40 C. Meskipun begitu, suhu di dalam canyon-nya justru dingin, mungkin efek posisinya yang di bawah tertutup dari matahari kali ya. Oh ya, untuk semua foto yang diambil, aku nggak pakai kamera canggih, semua foto diambil dari kamera HP, disini kita pakai samsung S21 FE dan samsung S23 ultra, dan hasil fotonya udah baguus, karena memang objek fotonya udah bagus dari sononya. 


Horseshoe Bend

Selanjutnya kita menuju tempat iconic lain yang sudah menjadi icon-nya Amerika dan Arizona khususnya. Oh ya Antelope dan Horshoe ini berada dalam 1 kota ya, dan jarak di antara keduanya ini tidak sampai 5km, jadi deket. Sebagaimana aku bilang sebelumnya, trip kali ini dilakukan di musim panas lebih tepatnya di akhir bulan Juni 2023. Sayangnya, musim panas ini pilihan yang kurang tepat untuk berkunjung ke daerah macam Arizona, karena apa? panas bangeet Buunn :"" Mataharinya ini benar-benar terik dan menyengat, mata tuh nggak sanggup menatap ke atas saking silaunya matahari. Gosong? Justru heran, kalau nggak gosong. 

Guedee bangeeett

Oh ya jarak antara parkiran mobil dengan objek Horse-shoe-nya lumayan jauh sekitar 500-800m, jadi kita harus jalan kaki menuju Horse Shoe Bend-nya. Namun, karena saat itu panas terik, maka jaraknya bukan lagi "lumayan jauh" ya, tapi terasa "jauh banget" 😂. Meskipun begitu, setelah sampai di Horse Shoe Bend-nya ya terbayar juga sih karena pemandangannya yang bagus. Sebelum tahu bagaimana bentuknya secara langsung, kupikir ukurannya ya kecil lah ya, taunya aslinya gede bangeeeet, mashaAllah. Sebenarnya Horse Shoe Bend ini tuh sungai yang alirannya muterin sebuah batu besar di tengah-tengah, nah formasi ini membentuk pola seperti tapal kuda, makanya namanya "Horse Shoe Bend".


Glen Canyon Dam Visitor Center

Setelah berpanas-panasan di Horse Shoe Bend, kita memutuskan untuk "ngadem" di dalam suatu gedung visitor center. Intinya gedung ini adalah gedung yang menyediakan informasi untuk turis yang berkunjung di kota Page dan Glen Canyon. Lokasinya ada di bagian masuk kota Page, tepatnya di Bendungan Glen Canyon Dam.

Glen Canyon Visitor Center (Gambarnya blur, mungkin abis makan nggak sengaja megang kamera)

View dari dalam Glen Canyon Dam Visitor Center. Atas: Jembatan penghubung antara kota Page dengan negara bagian Utah. Bawah: Bendungan Glen Canyon Dam

Di visitor center ini kita istirahat, ngadem, dan juga menunaikan sholat sebelum lanjut ke tempat selanjutnya. Oh ya, disini aku dan rombongan menunaikan sholat secara berjamaah di dalam gedungnya, dan alhamdulillah dibolehkan. Dari gedung ini, kita bisa lihat view bendungan Glen Canyon yang gede bangeet, juga di gedung ini tersedia semacam museum kecil dan bioskop yang memuat informasi tentang Page, Glen Canyon, dan Arizona. Juga tersedia dorama-dorama dan game-game simulasi yang menjelaksan bagaimana cara kerja pembangkit listrik tenaga air di bendungan tersebut. Oh ya sebenarnya ada tur khusus kalau misal kita mau melihat ke dalam bendungan dan ke pembangkit listrik tenaga air, tapi saat itu kami tidak melakukannya. Untuk melakukan tour, harus booking dulu dan membayar.


Lake Powell

Lake Powell ini merupakan suatu reservoir air buatan yang membentang di sungai Colorado dan letaknya ada di dua states: Utah dan Arizona. Ukuran Lake Powell ini bener-bener gede banget deeh, berasa sepanjang mata memandang, nggak habis-habis danaunya saking gedenya. Di danau ini, ada buanyak sekali objek wisata, entah sekedar vista point (titik melihat pemandangan), pantai, juga aktivitas seperti kayaking atau berwisata keliling danau. Berhubung waktu aku dulu terbatas, kita cuman punya waktu dari jam 18:00 pm sampai maghrib (saat itu musim panas, jadi maghrib-nya sekitar jam 21:30 pm), maka di waktu yang sempit itulah kita manfaatkan untuk mengunjungi beberapa spot vista point di sepanjang Lake Powell. Oh ya, untuk mengunjungi vista point, semuanya free, dan kebetulan vista point ini sudah dirancang sedemikian rupa dengan pemerintah setempat letaknya ada di sepanjang jalan utama, sehingga mudah untuk diakses. 

MashaAllah kayak lukisaaaan

Pemandangannya bener-bener indah, amazing. Terlihat kontras antara birunya air dengan warna jingga dari batuan-batuan yang ada di sekitar atau di dalam danau. Oh ya definisi "batuan" disini bukan sekedar batuan kerikil kecil yaa, tapi batuan yang guedee guedee macam gedung bertingkat, makanya kombinasi antara danau dengan batuan-batuan segede gedung itu memberikan view yang spektakuler, mashaAllah. Yang aku amazed lagi saat itu adalah warna biru-nya air, biru-nya beda gitu lho, kayak warna biru crayon 💧💧.

View danau, deretan yacht, dan batuan segede gedung


Lone Rock Beach

Sebenarnya untuk Lone Rock Beach ini adalah bagian dari Lake Powell, tapi karena tempat ini khusus ada gate-nya, kita bedain aja ya dari Lake Powell. Lokasinya ada di bagian paling utara Lake Powell. Sebagaimana aku bilang sebelumnya bahwa si Lake Powell ini berada di baik Utah dan Arizona, kalau di foto-foto Lake Powell sebelumnya itu adalah Lake Powell versi yang di Arizona, maka si Lone Rock Beach ini ada di Lake Powell bagian Utah. Nah bayangin aja tuh gimana kita berganti-ganti zona waktu dalam satu hari padahal lokasinya dekat. Dari Navajo Nation, Arizona, dan Utah masing-masing punya zona waktu sendiri, jadilah jangan bingung kalau beda cuman 1 km tiba-tiba waktu jadi mundur 1 jam. Yang kocak sih waktu kita mau parkir di suatu bangunan gitu, pas masih di jalan katakanlah jam 12, tau-tau pas masuk gate parkiran, jam berganti jam 1 siang 😆

Gerbang Masuk Lone Rock Beach

Untuk masuk ke Lone Rock Beach ini harus membayar 20 USD/mobil, tapi gratis kalau punya US national park pass. Ya kalau kalian tinggal di US dan suka menjelajah alam, recommended banget sih punya US national park pass, jadinya kemana-mana di US nggak ribet dan nggak perlu bayar, cukup membayar 1x beli kartus pass-nya. Untuk parkiran bisa di depan deket gerbang atau bisa juga parkir di pantainya, namun untuk parkir sampai ke pantainya disarankan mobil 4x4 atau minimal RWD. Berhubung mobil yang kita kendarai adalah FWD, maka kami putuskan untuk parkir di depan dekat gate, daripada mengambil resiko mobil nggak bisa jalan akibat ban mobil stuck di pasir. Daaan ternyata, jarak dari parkiran menuju pantainya itu ~1.5 km hahaha Lumayan jauh ya jalannya. Untungnya waktu itu sudah menjelang maghrib sekitar jam 7:30 pm, jadi suhu sudah mulai mendingin.

Jalannya jauuuuh dari parkiran mobil ke pantai

Kenapa dinamakan Lone Rock Beach? Karena di dekat pantai tersebut ada batu besar berdiri sendirian a.k.a jomblo, makanya namanya "Lone Rock". Pemandangannya baguuuuuss bangeet, menyenangkan mata. Pantai pasir putihnya juga luas, kita bisa juga berenang di pantainya. Tidak sedikit orang yang berkemah di sekitar pantai ini entah pakai tenda atau pakai camper-van.

Suasana Lone Rock Beach di jam 21:00

Grand Canyon

Di hari selanjutnya, pergilah kita ke Grand Canyon. Perlu dicatat ya, area Grand Canyon ini bener-bener luas, membentang sepanjang 447 km di state Arizona. Panjangnya ini macem dari Jakarta sampai Ungaran, guedee bangeeet 😱 Jadi sebenernya buat mengeksplore Grand Canyon ini nggak cukup hanya sehari, tapi yaudalaya karena saat itu kita hanya punya waktu beberapa jam, tentu sayang melewatkan salah satu keajaiban alam ini. Grand Canyon pada dasarnya adalah suatu lembah yang di dalamnya mengalir sungai Colorado, dimana akibat aliran air inilah yang kemudian membentuk ukiran-ukiran yang indah pada formasi batuan.

'Tugu Selamat Datang' area Grand Canyon

Waktu kita kesini itu pas musim panas, inget banget saat itu suhu mencapai 45 C dengan kadar kelembaban udara yang rendah, bisa bayangin tuh, semenyengat apa. Karena kondisi yang panas dan kering, bahkan beberapa temen aku ada yang kulitnya jadi gosong, mengelupas, dan berdarah saking keringnya. Untungnya saat itu aku pakai moisturizer dari Clinique (loh kok malah promosi (?) jadinya kulit alhamdulillah aman-aman aja. Karena panasnya udara, dari pihak Grand Canyon melarang kita untuk hiking di dalam Grand Canyon karena ada resiko terkena heat stroke yang bisa menyebabkan kematian, oke siap, kami dengar kami taat. Di dekat gedung visitor center, dipasang kasus-kasus hikers yang meninggal entah karena kecelakaan jatuh di Grand Canyon atau mati terkena heat stroke, bahkan foto mayatnya aja ditampilkan :" Tujuannya sih sebagai peringatan buat pengunjung, apalagi ni orang-orang di US suka pada pede gitu hiking sendirian, jadi kalau ada masalah pas hiking nggak ada yang ngeh, tahu-tahu nemu mayatnya aja
Grand Canyon dari beberapa vista points

Di Grand Canyon ini kita mengunjungi beberpaa vista points yaitu Mather Point, Grand View Point, dan Duck on a Rock. Kita juga mengunjungi Desert View Watch Tower. Di tengah panasnya suhu Grand Canyon saat itu, tentunya sangat worth it untuk berkunjung ke Desert View Watch Tower karena ruangannya yang ber AC 😅. Tower ini berupa bangunan 4 lantai di mana di bagian lantai dasarnya terdapat toko-toko yang menjual souvenir Grand Canyon semacam magnet kulkas, notebook, sticker, mug, dll. Tower ini terletak di tepi Grand Canyon bagian South Rim, jadi kita bisa melihat Grand Canyon dari dalam. Disediakan pula beberapa teropong untuk penglihatan jarak jauh. Di tower ini juga disediakan semacam tour berbayar menuju ke bagian atas tower (lantai 2-4). 

Desert View Watch Tower


Cuap Cuap Terakhir

Oke itu dia pengalaman selama road trip 2 hari di Arizona, semoga saja bermanfaat untuk siapapun yang berencana melakukan trip ke Arizona. 


Wassalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Sabtu, 09 Mei 2020

Jalan-Jalan ke Mount Takao: Menyepi Sejenak dari Hiruk-pikuk Kota Tokyo

Assalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh


Haloo semuanya!!!! Kali ini gw kembali lagi dengan post berbagi pengalaman gw saat travelling. Tempat wisata yang akan gw ceritakan ada di perfektur Tokyo. Hayoo, kalau kalian denger kata "Tokyo", kira-kira objek wisata apa yang muncul di benak kalian? Shibuya? Asakusa? Tokyo Skytree? Ueno? Tokyo tower?. Aiiiss itu mah udah mainstream, kali ini gw akan mengajak kalian menjelajah ke objek wisata di Tokyo yang jarang disadari dan dikunjungi oleh turis terutama turis dari Indonesia. Nama tempatnya tidak lain dan tidak bukan adalah "Mount Takao", alias Gunung Takao. What? Di Tokyo ada gunung? Yes, ada wankawan. Letaknya memang beneran pinggiran Tokyo sih, meskipun begitu tempat ini layak buat kalian kunjungi. 

Namanya sih memang Gunung Takao ya, tapi jangan berkekspektasi bahwa gunung ini seperti Gunung Semeru atau gunung-gunung lain di Indonesia dengan ketinggian sekitar ribuan meter. Gunung Takao hanya memiliki ketinggian sekitar 600m di atas permukaan laut. Ha? Pendek banget, itu mah rumah gw juga di ketinggian segitu kaleee. Eits, tapi kabar baiknya dengan ukuran gunung yang tergolong "mini" ini berarti kita bisa dengan mudah mendakinya dan tidak perlu persiapan khusus kalau mau mendaki. Seru banget kan?

Lokasi

Untuk menuju Mount Takao cukup diperlukan waktu sekitar 50 menit dari stasiun Shinjuku  melalui line Keio menuju stasiun Takaosangushi. Sebentar banget kan? Kurang lebih mirip-mirip lah waktunya dengan naik KRL dari stasiun Depok ke stasiun Manggarai hehehe. 

Mount Takao
Penampakan Stasiun Takaoganouchi

Sesampai di stasiun, kita akan disambut oleh warung-warung yang menjual berbagai macam aksesoris dan makanan, jadi bisa banget buat kalian yang lupa bawa bekal bisa mampir dan beli makan disini (-tentunya buat yang muslim bisa lebih berhati-hati lagi untuk memilih makanan yang benar-benar halal dan thayyib).

Untuk pendakian ke atas gunung kita diberikan 3 pilihan transportasi:
  1. Cable car
    Bentuknya seperti kereta atau tram gitu ya. Nah si cable car ini bisa mengantar kita ke atas kurang lebih setengah perjalanan. Untuk biaya yang dikenakan yaitu sekitar 600 yen (ini harga tahun 2018 ya, nggak tahu apakah sekarang sudah naik apa belum)
  2. Chair Lift
    Bentuknya mirip seperti chair lift yang biasa kita temui saat kita mau ke puncak bukit untuk sky gitu. Sama dengan cable car, chair lift ini hanya mengantar kita sampai setengah perjalanan saja. Harga yang dikenakan oleh pengelolanya terbilang cukup murah yaitu 300 yen.
  3. Mendaki menggunakan kaki sendiri
    Ya ini adalah opsi bagi kalian yang tubuhnya fit, rajin olahraga; maka bisa memilih opsi ini.
Gw sendiri memilih opsi naik chair lift, selain murah harganya, juga dengan naik chair lift kita bisa sambil melihat pemandangan pepohonan sekitar. Ahayyy.

Mount Takao
Guide Map Takao
Untuk menuju titik puncak pendakian, disediakan berbagai macam opsi jalur dimana setiap jalurnya terdapat objek wisata (bisa sambil mendaki, sambil mampir-mampir gitu). Lebih jelasnya kalian bisa lihat di gambar peta di atas. 

Naik Chair Lift

Untuk naik chair lift, gw dan teman-teman harus menuju stasiun chair lift-nya dulu. Untuk menuju stasiun, kita diarahkan melalui jalan-jalan pedesaan yang indah banget, macam lagi di film-film gitu *mulainorak 😅.  Meskipun harus menempuh jarak sekian ratus meter, jadi tidak berasa karena sambil lihat pemandangan arsitektur pedesaan khas Jepang.

Mount Takao
Desa banget uyy
Mount Takao
Menikmati jalanan pedesaan
Saat sudah mencapai stasiun pun, kita kembali disambut dengan warung-warung di pinggir jalan yang menjajakan makanan dan berbagai macam cinderamata. Yang hobi belanja pasti bakal puas deh!

Mount Takao
Warung di depan stasiun chair lift

Mount Takao
Stasiun Chair Lift
Selanjutnya gw dan teman gw naiklah ke chair lift. Nah si chair lift ini hanya bisa dinaiki maksimum 2 orang untuk 1 kursi. Jadi ya kalau ada temannya bisa duduk berdua, atau yang datangnya sendirian ya bisa juga duduk sendirian di chairlift. Oh ya si chair lift tersedia rute bolak-balik ya, ada yang arah naik ke atas, juga sebaliknya disediakan rute turun ke bawah.

Mount Takao
Mulai bergerak mendaki

Mount Takao
Di bawah ada jaring-jaring
Gw mengunjungi Gunung Takao pada awal bulan Maret yang berarti sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi, jadi ya mohon maklum kalau pemandangan di sekitar hanya berupa pohon-pohon dengan dahan gundul atau daun-daun kering. Gw sendiri lebih menyarankan kalau kalian ingin berkunjung kesini adalah saat musim semi atau musim gugur karena dijamin pemandangannya bakal bagus banget! Bayangin aja deh kita naik chair lift di samping kanan kiri ada deretan pepohonan berwarna merah-kuning-coklat khas musim gugur. Indah sekali! Atau di kala musim semi, menaiki setapak demi setapak jalan dengan sesekali dijatuhi beberapa kuntum sakura, uulaalaa.

Mount Takao
Mount Takao saat musim gugur

Mendaki di Sisa Pendakian

Sebagaimana gw bilang sebelumnya kalau naik chair lift ini menghemat setengah perjalanan, sisanya? Ya jalan kaki. Waduh, kalau tersesat gimana? Nah tenang aja guys, bisa dikatakan hampir di setiap sudut tempat akan kita temui banyak papan penunjuk jalan. Kita pun bisa membekali diri dengan peta Gunung Takao yang kita download dari internet.

Mount Takao
Panduan Jalur Pendakian dan objek wisata di sekitar Mount Takao

Untuk mencapai puncak Gunung Takao terdapat beberapa jalur pendakian (trail), dan di setiap jalur kita bisa menemui spot menarik, seperti temple, jembatan, taman monyet, air terjun, dan lain-lain. Berhubung gw sama teman-teman kemaruk pingin menjajal semua trail biar bisa menjelajahi semua objek wisata, maka kita memutuskan untuk mencoba semua trail ~mumpung masih muda dan kuat. "Awalnya". Kemudian semua berubah setelah gw dan teman-teman kelelahan dan kaki pegal-pegal padahal baru menjajal 3 trail hahaha. Udah nggak minat deh nyobain semua trail, rasanya saat itu pingin pulang aja terus ngolesin balsem geliga atau koyo cabe ke kaki.

Nah ini dia beberapa foto yang gw ambil selama perjalanan mendaki. Jalanan pendakian ada yang berupa jalanan tanah dan ada pula yang berupa jalanan cor. Saran gw adalah: pakailah sepatu olahraga semacam sepatu lari yang alasnya bergerigi. Gw saat itu salah pakai sepatu, gw pakai sepatu yang alasnya rata jadilah bahaya kalau lagi naik jalan yang curam.

Mount Takao
Papan penunjuk jalan

Mount Takao
Jalan setapak tanah

Mount Takao
Yakuo-In Temple di Trail 1

Mount Takao
Suspension Bridge di Trail 4

Oh ya, saat berkunjung ke Mount Takao, gw sarankan untuk bawa bekal ya, soalnya gw jamin kalian bakal kelaparan akibat kehabisan tenaga wehehe. Sebenarnya di atas gunung pun ada beberapa spot orang jualan, meskipun begitu yang dijual kebanyakan cemilan, kebanyakan cemilan, makanan agak berat yang dijual pun hanya sejenis sukiyaki itupun nggak ada nasinya :" (*Kebiasaan orang Indo, nggak pakai nasi, nggak kenyang). Jadi jangan berekspektasi kayak pas naik gunung di Indo dimana kita bisa nemu abang-abang atau mbak-mbak penjual indomie, pecel, bakwan goreng panas, soto ayam, atau kopi panas di perjalanan. 

Mount Takao
Stand penjual

Mount Takao
Istirahat sejenak sambil menyantap sukiyaki panas 500-an yen

Penurunan

Oke setelah puas menjelajah gunung Takao dan kaki sudah tidak kuat rasanya untuk diajak mendaki -saking lelahnya bahkan sampai lupa mengambil foto saat sudah mencapai puncak gunung takao :"), maka diputuskan untuk turun saja. Nah untuk turun ini juga ada beberapa opsi sebagaimana saat mendaki tadi, antara kita ingin naik cable car atau chair lift; atau ya jalan kaki saja. Kami pun memilih untuk jalan kaki karena mikir pasti nggak capek, toh jalanannya turun kan? *asumsi awal. Ternyata o ternyataaa, jalanan turunannya curam kali permirsahh!!! Ada beberapa jalan yang sudut kemiringannya hampir 45 derajat, jadi intinya sama aja: butuh tenaga untuk menopang berat tubuh agar tetap seimbang saat turun dan tidak jatuh bergelindingan. Padahal jalan-jalan tersebut sudah menggunakan prinsip "pesawat sederhana" -pelajaran fisika jaman SMP, yaitu dibuat miring dan berkelok-kelok untuk meminimalisir kerja yang dilakukan, tapi yah tetap melelahkan juga*ngeluh mulu XD. Nggak bisa bayangin kalau pas berangkat tadi milih jalan kaki ketimbang chair lift hahaha. Lain kali, mungkin gw akan berkunjung kesini lagi tapi dengan kondisi tubuh yang lebih fit jadi bisa jalan kaki dari titik awal pendakian sampai puncak. Aaaamiin

Pesawat sederhana

Syukurnya, jalanan turun ini berupa cor atau aspal jadi setidaknya tidak berbahaya kalau sedang hujan, meskipun begitu nggak memungkiri juga dengan jalanan aspal yang keras itu akan membuat tekanan kaki ke jalan semakin sakit karena tahanan yang kuat dari si aspal, seperti yang dipaparkan oleh hukum 3 Newton (duh, kesambet apa gw jadi ngomongin fisika). Nah ini dia gambaran jalan turunnya.

Mount Takao
Turuuuuuuuuuun

Mount Takao
Curam

Mount Takao
Garis Finish, Yeyyy

Alhamdulillah, akhirnya setelah menempuh perjalanan turun selama kurang lebih 45 menit, akhirnya sampailah gw dan teman-teman di garis finish. Sebenarnya di bagian lereng ini terdapat beberapa macam objek wisata seperti kuil atau museum, namun berhubung saat itu gw udah lapar (lagi) dan ngidam makan spaghetti tinta cumi-nya Pizzeria di Koganei, gw memutuskan nggak mampir ke objek wisata tersebut dan langsung cabut pulang wehehehe.

Mount Takao
Menyusuri jalan pedesaan setelah melewati garis finish
Mount Takao
Museum di lereng gunung

Cuap Cuap Terakhir

Nah itu dia pengalaman gw ke Mount Takao, semoga bisa membantu teman-teman yang sedang merencanakan liburan ke Tokyo.

Sampai jumpa!!!





Ditulis dikala seharusnya mengerjakan revisi proposal penelitian,
namun memilih untuk kabur sejenak dan menulis kenangan saja

Kamis, 30 Januari 2020

Hal Menarik di Setiap Perjalanan Kereta Api

Assalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh


Halo semuanyaaaa!!! 😄

Di post kali ini, gw mau agak berbeda nih dimana sebagai "anak anker" alias anak kereta (kereta api lho, bukan KRL) gw mau berbagi hal-hal menarik yang gw alami sebagai pengguna setia kereta api. Bisa dibilang, ada sesuatu yang magis (#cielah) dari kereta api, yang membuat kalian tetap akan kangen naik moda satu ini dibanding moda transportasi yang lain seperti pesawat, bis, atau mobil.

Pengalaman Kereta Api
Menunggu kedatangan kereta dengan berlatar pemandangan monas
Gw sendiri sudah naik kereta api dari semenjak gw ada di dalam kandungan 😂. Wadaw, kok bisa? Jadi orang tua gw tinggal di kota yang berbeda dengan kakek-nenek gw dan moda yang paling nyaman untuk berkunjung ke rumah kakek-nenek gw adalah kereta api; ditambah sekarang pun gw kuliah di ibukota yang sekali lagi membuat gw menggunakan moda kereta api untuk pulang kampung. Mungkin kalau dihitung sampai umur gw yang ke 23 sekarang ini, udah lebih dari 50 kali ya gw naik kereta api dengan berbagai macam kondisi dan bentuknya hahaha. 

Jadi, disini gw mau merangkum apa aja hal-hal menarik yang gw temui di kereta yang tentunya akan menjadi kenangan tersendiri buat gw untuk tetap kangen dan kangen lagi dengan kereta 😊.


1. Ticket War Tiap Mau Lebaran

Kalau di UI terkenal dengan istilah SIAK WAR, di dunia perkereta-api-an ada juga nih istilah yang gw bikin-bikin sendiri #plakk yaitu ticket war. Dibanding SIAK war yang bertujuan buat milih kelas dan dosen demi IP semester yang melegakan, si ticket War ini juga nggak kalah menegangkan buat memastikan kursi agar pulang kampung saat lebaran dengan selamat dan harga yang masih bersahabat. Sebelum pembukaan tiket, sedari 15 menit sebelumnya gw udah siap-siap dengan segala amunisi seperti internet, cemilan, dan berbagai macam gadget: laptop & hp semua dikerahkan untuk menghadapi war ini 😝. Website KAI atau traveloka udah gw refresh berkali-kali tiap 1 menit hahaha. Saat udah teng waktu bukaannya, gw langsung milih kereta dan kursi dan ngisi data-data secepat mungkin, kemudian langsung gw transfer atau lari-lari penuh kepanikan ke indomaret/alfamart buat bayar tiketnya karena waktu batas pembayaran cuman 38 menit 😆. 

Tentu saja segala sesuatu nggak selalu berjalan mulus, guys. 
  • Server down pas pembukaan tiket? Pernah. 
  • Ketiduran pas pembukaan tiket? Pernah (Mohon dimaklumi guys, pembukaan tiketnya itu jam 12 malam huhu). 
  • Udah lari-lari ke indomaret/alfamaret tapi ternyata disana antre panjang yang berakibat waktu habis dan nggak dapat tiket? Pernah. 
  • Udah lari-lari ke indomaret/alfamaret tapi ternyata lagi nggak berfungsi layanan bayar tiketnya? Pernah. 
  • Lagi buru-buru panik ngisi data diri KTP dan kawan-kawannya tinggal check out, tiba-tiba ke-out sendiri karena tiketnya udah habis? Pernah.
  • Terlalu lama galau milih kursi antara deket jendela atau deket jalan sampai akhirnya kehabisan tiket? Pernah.
  • Nggak ada masalah teknis apapun pas milih tiket atau masalah galau pilih kursi yang mana, tapi ada masalah kantong kering alias nggak punya duit buat beli tiket? Pernah 😆.
Pengalaman Kereta Api
Perjuangan demi selembar tiket
Nah ticket war ini cuman terjadi pas lagi high season aja ya macam lebaran, kalau di hari biasa mah santai-santai aja. Kalau dulu pembukaan tiket itu 3 bulan atau 90 hari sebelum hari keberangkatan, kalau sekarang di aturan yang baru pembukaan tiket itu 1 bulan atau 30 hari sebelum keberangkatan. Apa akibatnya kalau kalah dalam ticket war? Ya antara nggak dapat tiket atau dapat tiket tapi dengan harga yang mahal (di kereta api ada subclassnya, dimana kalau kita telat atau terlambat beli harga tiket maka akan dapat harga yang lebih mahal).


2. Tiket Tanpa Kursi

Fenomena tiket tanpa kursi ini cuman terjadi pas jaman dahulu, jaman sebelum Ignasius Jonan jadi Dirut KAI. Ini sebenernya bukan pengalaman yang menyenangkan ya, tapi kalau diingat-ingat lucu juga haha. Jadi jaman dulu, PT. KAI nggak cuman menjual tiket yang benar, tapi juga menjual tiket tanpa ada kursi -entah apa alasannya PT KAI kok bisa jualan tiket begitu. Namun, sejak Dirutnya Pak Ignasius Jonan, perlahan kereta api jadi jauuuh lebih rapi, termasuk penertiban tiket.

Gw sendiri pernah di kedua pihak: yang dapat tiket "benar" dan dapat tiket tanpa kursi. Pas gw dapet tiket yang emang "benar", gw jujur suka kesal sama orang-orang yang nggak dapat kursi dan nebeng di gagang kursi gw, ganggu gitu lho (-pikir gw saat itu yang masih SD). Hingga kemudian ada momen di mana keluarga gw kehabisan tiket lebaran yang berakibat terpaksa beli tiket tanpa kursi. Waktu itu ibu ama adek gw duduk di lantai kereta, bapak gw berdiri dan mondar-mandir kesana-kemari (ya Allah kasian kalau inget ini), sedangkan gw? Gw duduk di gagang kursi seorang penumpang (ortu gw izin ama penumpang itu biar gw bisa duduk di gagang kursinya). Gw merasa nggak enak sama itu orang takutnya dia nggak ikhlas atau nggak nyaman ada gw disitu. Nah, lho; kualat kan? Hahahaha. 


3. Tidur Beralaskan Koran di Lantai Kereta

Pengalaman ini juga nggak terlepas dari jaman-jaman PT. KAI belum dipegang Pak Ignasius Jonan hahaha, yah pokoknya di jaman itu kereta masih berantakan dan amburadul deh. Jadi ceritanya nih kalau misal sekeluarga naik kereta kan otomatis milih tempat duduk buat 4 orang terus kursinya dibikin hadap-hadapan gitu (jaman dulu kursi masih bisa digeser ngadep belakang atau depan). Saat ingin tidur, berhubung tidur dengan posisi duduk itu sama sekali nggak enak, ya akhirnya gelar koran dong di bawah kursi (toh masih termasuk teritori kursi) dan bobok disitu dengan kaki bebas telentang wkwkwkwk. Ya Allah, kalau dingat-ingat sekarang  kok ngenes banget yaaa hahaha. Tapi yang gw herannya kok waktu itu gw merasa nyaman-nyaman aja tidur beralaskan lantai kereta yang keras dan nggak merasa jijik sama sekali. Ditambah dengan ayunan dan goyangan gerbong yang meliuk-liuk membuat tidur semakin pulas. Duh, kangen deh jaman-jaman begitu 😊.


4. Dengkul Ketemu Dengkul

Pengalaman ini hanya bisa didapat bagi teman-teman yang naik kereta ekonomi, yang naik bisnis-eksekutif atau bahkan priority-luxury dijamin can't relate. Terkadang gw merasa bahwa pengalaman unik macam gini cuman bisa didapetin saat kita nggak punya banyak uang ya hahaha, ada hikmahnya juga. 

Jadi nih guys, posisi duduk kereta ekonomi itu hadap-hadapan ada yang formasinya 4 orang hadap-hadapan dan ada juga yang 6 orang hadap-hadapan. Namanya juga ekonomi; udah sempit, hadap-hadapan, jarak antar kursinya deket pula; jadilah seringkali lutut ketemu lutut 😆. Wah kalau udah kayak gini, nggak enak banget deh, udah gitu kudu tahan selama berjam-jam bahkan belasan jam buat di posisi macam itu. Coba bayangin kalau yang ketemu lutut-lutut itu sama-sama cowok atau cewek-cowok yang nggak saling kenal? Kan awkward ya hahaha, udah mukanya hadap-hadapan ditambah dengkul yang saling sentuh-sentuhan, awkward maksimal atau risih makmisal. Untung kaki gw pendek ya, jadi gw mah nggak pernah menemui masalah macam gini hahaha. Ada solusi lain sih, yaitu kalian janjian ama penumpang di depan biar kakinya selisih-selisihan; tapi masalah baru muncul lagi: siapa yang bisa duduk dengan nyaman kalau ada kaki orang lain ada di dekat dengan selangkangan kalian? 😆. Nah lho, serba salah kan?


5. Rebutan Bagasi

Kalau lagi musim lebaran, jangan heran dengan pemandangan seperti ini: satu keluarga dengan banyak tas: koper ada, tas jinjing ada bahkan tiap anaknya bawa tas ransel masing-masing, ditambah entah berapa buah kardus (biasanya isinya oleh-oleh), dan sekarung beras. Nah kalau udah ketemu yang semacam itu dan kalian telat masuk gerbong, yaudahlah pasrah dan ikhlas aja kalau misal kalian nggak kebagian bagasi hahaha. 

Jadi pas jaman-jaman lebaran, emang wajar bakal banyak orang plus banyak juga bawaannya, jadi kita-kita nih yang jomblo dan single dengan barang bawaan cuman 1 ransel atau 1 koper aja harus berjuang biar dapat bagasi atau kalau nggak ya nggak dapat bagasi. Cuman masalahnya guys, tipe-tipe penumpang yang bawa banyak bawaan seperti ini, kereta belum datang aja mereka udah baris di peron; apalagi pas keretanya dateng beuhhh mereka langsung lari secepat kilat buat ngetag bagasi. Ya jadilah orang macem gw yang nggak kuat adu serobot dan otot memilih untuk ngalah aja dan dapat bagasi seadanya, kalau nggak dapat bagasi pun yaudah gw taruh bawaan gw di bawah kolong kursi.
Pengalaman Kereta Api
Pemandangan bawaan penumpang khas mudik: kerdus-kerdus
Gw sebelumnya sempat kesal kalau ketemu yang macem gitu ya, mungkin harusnya ada aturan barang bawaan maksimal penumpang di kereta semacam di pesawat gitu; tapi sekarang mah gw udah biasa aja lagian cuman kejadian setahun sekali pas lebaran aja, atau bisa jadi barang yang mereka bawa itu adalah oleh-oleh yang udah diharapkan banget ama keluarga di kampung jadi ya udah nggak apa-apa. Peristiwa ini terjadi nggak cuman terjadi di 1 kelas aja ya, gw menemuinya baik itu di kelas ekonomi, bisnis, maupun eksekutif. Meskipun begitu, nggak bisa dipungkiri ya paling banyak di ekonomi.


6. Gerbong Restorasi aka Gerbong Makan

Ini nih mungkin spot favorit buat kalian anak-anak kereta. Memandang keluar jendela, melihat hamparan sawah sambil sesekali menyeruput teh panas, duuh nikmatnya. Gerbong restorasi juga bisa ya jadi tempat menghangatkan badan setelah kedinginan di kursi akibat AC yang dingin keterlaluan. Gw seneng banget nih disini, menikmati nasi goreng atau nasi rames yang lebih sering nasinya keras ditambah dengan segelas teh panas (literally panas) yang bisa membuat lidah terbakar sambil menikmati hamparan persawahan atau Laut Jawa sepanjang Jakarta-Semarang, apalagi kalau gerbong restorasinya lagi sepi jadi gw bisa semakin khidmat menikmati kesendirian ini hahaha.

Pengalaman Kereta Api
Menikmati santapan kereta di gerbong restorasi
Gerbong restorasi ini bisa menjadi awal mula sebuah cerita. Tak jarang orang bertemu dengan pasangannya di gerbong restorasi ini, membuat kaum-kaum jomblo jadi punya modus dan harapan terselubung saat mampir di gerbong restorasi. Tapi beneran lho, gerbong restorasi ini cocok buat jadi latar cerita, lihat aja berapa banyak film atau novel yang mengambil tempat di gerbong restorasi. Masih ingat dimana James Bond bertemu pertama kali dengan Vesper Lynd dalam Casino Royale? Ya di gerbong restorasi. Masih ingat dimana Hercule Poirot menjelaskan kecurigaannya tentang terjadinya pembunuh dalam Murder on the Orient Express? Ya di gerbong restorasi. Masih ingat dimana Angelina Jolie ketemu pertama kali sama Jhonny Depp dalam film The Tourist? Ya di gerbong restorasi. Masih ingat dimana Ray bertemu pertama kali dengan pujaan hatinya dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu? Ya di gerbong restorasi. Tuh banyak cerita kan di gerbong restorasi ^^

Pengalaman Kereta Api
Om James Bond dan Mbak Vesper yang ketemu di gerbong restorasi



7. Makanan Kereta

Sebenarnya sih nggak ada yang spesial juga dengan makanan kereta, nggak yang enak banget sampai terkenang gitu; justru yang terkenang adalah keheranan gw kok mau-maunya beli satu cup teh panas harga 15.000 yang mungkin isinya nggak nyampe 200 ml😆, overpriced-nya keterlaluan. Teh panas yang gw maksud disini beneran panas guys, jadi pas lagi dibikin sama pramusaji-nya beneran dicur-in langsung dari termos panas tanpa ada tambahan air dinginnya, kebayang nggak tuh sepanas apa XD; makanya gw baru bisa minum teh panas itu setelah menunggu 15 menit (sekaligus sebagai alasan untuk berlama-lama di gerbong restorasi).

Untuk makanan yang tersedia ada macam-macam ya, paling mainstream sih ayam goreng, nasi goreng, nasi rames, indomie, dan berbagai macam snack bermicin; meskipun begitu ada menu unik yang bisa kita temukan di kereta berupa makanan khas dari kota yang dilalui kereta tersebut. Contohnya untuk kereta jurusan Jakarta-Semarang, biasanya setelah kereta melalui Stasiun Cirebon, maka di restorasi akan disediakan empal gentong, salah satu kuliner wajib dicoba saat bertandang ke Cirebon. Gw pernah punya pengalaman saat puasa beberapa tahun lalu dimana saat itu PT KAI baik banget nyediain makanan buka puasa gratis buat penumpangnya, sayangnya sekarang udah nggak ada lagi.

Pengalaman Kereta Api
Alhamdulillah dapat menu buka puasa gratis dari PT KAI 😊
Sebenarnya secara keseluruhan bukan cita rasa makanan atau minuman yang menjadikannya menarik dan patut dikenang, melainkan bagaimana memori dari pengalaman itu sendiri: menikmati ayam goreng dengan daging yang alot ditemani dengan secangkir teh yang terlalu panas sambil menikmati alunan goyangan gerbong dan hamparan hijau persawahan.


10. Toilet Bolong

Pemandangan ini mungkin cuman ditemui di kereta ekonomi ya, kalau di bisnis dan eksekutif gw belum pernah menemui; itupun nggak semua kereta ekonomi seperti ini. Jadi guys, bentuk toilet di kereta itu bermacam-macam ya, ada yang jongkok ada yang duduk; dan ada pula yang bolong. Iya, bolong. Maksudnya? Jadi bentuknya cuman bolongan doang yang kemudian langsung terhubung ke rel kereta di bawahnya. Bisa bayangin kan kalau misal kalian BAK atau BAB dan kebetulan dapat toilet seperti itu? Ya langsung "plung" ke bawah. Sejak saat itu, gw jadi suka suudzon tiap liat kereta api lewat dan ada air yang mengucur dari bawah gerbongnya, jangan-jangan... 😆

Pengalaman Kereta Api
Eww bolong
Tapi pemandangan ini gw lihat uda beberapa tahun lalu ya, mayoritas toilet sekarang sudah punya sistem septic tank-nya sendiri jadi nggak otomatis "plung" gitu turun ke bawah.


11. Teman Seperjalanan

Berhubung selama 5 tahun terakhir ini gw seringnya naik kereta sendirian, jadinya gw selalu bertemu dengan orang asing sebagai temen duduk gw di kereta. Dari yang anak SMP, ibu-ibu, mbak-mbak, bapak-bapak, sampai kaki-nini. Ada yang dari awal naik sampai turun kereta, dieeem doang dan mainan hp; ada juga yang ramah dan ngajak ngobrol terus sampai nggak sadar udah 4 jam ngobrol; dan ada juga yang keponya keterlaluan entah kenapa 😅. Ada yang cerita mau ngunjungin cucunya di Semarang, ada yang cerita mau 'kulakan' baju di pekalongan, ada juga yang cerita anaknya sekarang lagi galau menentukan univ pilihan di jalur undangan, sampai cerita dari seorang direktur sebuah perusahaan mengenai pengalamannya menginterview berbagai macam jenis freshgraduate; yap selalu ada cerita dari teman seperjalanan.

Gw sendiri bukan tipe yang memulai pertama kali suatu percakapan saat di kereta, tapi gw pasti akan menanggapi dan tak segan untuk bercerita panjang lebar jika teman duduk gw memulai percakapan apalagi kalau dia terlihat menyenangkan untuk diajak ngobrol. Hal ini menjadi salah satu membuat gw penasaran kira-kira siapa ya yang nanti bakal jadi teman seperjalanan gw, apakah seorang pelajar, seorang ibu, seorang guru, seorang pedagang, atau yang lainnya. Kira-kira apakah kita nanti akan ngobrol panjang, ngrobrol seadanya, atau malah diam tak peduli sama sekali selama 6 jam perjalanan. Dan kira-kira ilmu atau wawasan apa yang akan gw dapat dari obrolan nanti, apakah hanya sekedar basa-basi atau pembahasan dalam mengenai suatu topik. Who knows?


12. Pemandangan

Pemandangan adalah hal nggak boleh luput gw sebutkan disini. Dimulai dari bentangan biru laut utara Jawa setiap menaiki kereta jurusan Jakarta-Surabaya; kemudian menikmati hijaunya persawahan berlatarkan pegunungan saat memasuki wilayah Kendal di kereta jalur utara; atau merasakan jantung yang deg-degan saat melewati Jembatan Cikumbang yang dikelilingi pemandangan indah khas parahyangan di kereta jurusan Jakarta-Bandung; atau merasakan pengalaman membelah perbukitan saat melintasi Purwokerto; dan masih baaaanyak lagi. Pengalaman yang menakjubkan bukan? Gw yakin mungkin ini menjadi salah satu faktor magis yang membuat orang untuk selalu kembali dan kembali menaiki kereta, terlepas dari berbagai macam moda transportasi yang tersedia.

Jembatan Sikumbang


Cuap Cuap Terakhir

Nah itu dia hal-hal menarik yang gw temukan di setiap perjalanan kereta api. Setiap orang punya anggapan sendiri mengenai apa yang dianggapnya menarik, jadi kalau misal kalian ada sesuatu yang menarik namun tidak dibahas oleh gw di post ini, kalian boleh banget cerita di komen di bawah :D.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya! Sampai jumpa lagi!





- Safira CA -
Pelajar yang sedang berjuang menulis tugas akhir 
malah memilih mangkir demi menulis kenangan kereta yang tiba-tiba terpikir

Jumat, 26 Juli 2019

7th Week in Japan: Jalan Jalan ke Odaiba & Tokyo University

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh



Haiii haiiii semuanyaaaa

Akhirnya setelah hiatus #cielah sekian bulan, bisa menulis lagiiiii yeayyyy.

Nah di post kali ini gw mau share bagaimana perjalanan gw ke Odaiba. Sebenernya gw ke Odaiba sekitar bulan Maret tahun lalu waktu gw exchange ke Jepang (ikuti postnya disini). Awalnya sih males nulis ya, tapi setelah iseng-iseng buka foto pas ke Odaiba, jadi pingin nulis deh. Sayang rasanya klo pengalaman kemarin nggak diungkapkan via kata-kata hahaha.

Gw berharap post ini bisa membantu kalian yang berencana untuk berlibur di Odaiba. Tanpa lama-lama lagi, yuk langsung kita mulai aja!! Yip Yip!


Mampir ke Tokyo University (Todai)

Oke berhubung tempat tinggal gw di Higashi Koganei, dan untuk menuju Odaiba itu melewati Tokyo Daigakuen alias Todai, maka diputuskanlah untuk mampir di Todai dulu. Ya sekalian pingin lihat bagaimana sih penampakan Todai, universitas number wahid in Japan. Dari pintu masuk Todai menuju rektoratnya bisa ditempuh dengan jalan kaki alias lumayan deket. Oke ini dia penampakan rektoratnya Todai, sekaligus landmark Todai. Jadi klo ke Todai, belum afdhol kalau belum foto disini.

Tokyo University
Landmark Tokyo Daigakuen
Di depan bangunan rektoratnya, ada semacam jalan memutar gitu. Ya semacam rotunda UI gitu deh. Nah di sekelilingnya ada taman-taman dan tempat duduk. Cocok banget deh buat berpiknik belajar. 

Tokyo University
Eksis Duluuu
Meskipun waktu gw berkunjung di Todai itu adalah hari Minggu, tetep masih banyak banget mahasiswa yang 'ngendon' di taman-taman sekitar rektoratnya. Tebak, mereka ngapain? Yes, definitely mereka lagi belajar. Jadi waktu gw kesana sama temen-temen gw dimana kita datang sambil ngobrol kesana kemari & cengengesan, waktu sampai daerah tamannya langsung kicep gara-gara lihat mahasiswa yang lagi pada asyik belajar. Gila sih! Klo masalah disiplin dan kerja keras emang sudah terbukti mah Jepang.

Tokyo University
Belajar di bawah pohon sakura yang baru mau tumbuh
Secara umum, bangunan di Todai ini arsitekturnya kayak bukan lagi di Asia guys, tapi kayak tipikal bangunan universitas di Eropa atau Amerika. 


Tokyo University
Arsitektur Tokyo Daigakuen
Di jalan jalan sekitar Todai ini ditanami pohon-pohon sakura. Jadi otomatis bakal jadi pemandangan yang cantik klo pas musim semi. Pemandangan bunga Sakura yang lembut dan cantik dipadukan dengan bangunan-bangunan tua kecoklatan khas Eropa. Sayangnya pas gw berkunjung disana masih awal musim semi, jadi ya bunga sakuranya masih antara ada dan tiada, belum yang bloom perfectly.


Naik Kereta

Setelah makan siang dan sholat dhuhur di Todai -lebih tepatnya sholat di lorong-lorong kampus (cek tips tempat sholat saat di luar negeri), maka perjalanan pun dilanjutkan menuju Odaiba. Oh ya perlu untuk diketahui ya temen-temen, Odaiba ini merupakan sebuah pulau buatan yang memang dikhususkan untuk atraksi turis & hiburan. Nah lho, klo itu sebuah pulau, gimana caranya kesana dong? Berenang? Naik kapal? Atau naik helikopter? Jawabannya adalah NAIK KERETA. Yes, jadi pemerintah Jepang membangun semacam jalan di atas laut gitu untuk menghubungkan Tokyo dengan Odaiba. Kece banget dong!
Monorail
Nah jalan ini sebenarnya bisa dilalui berbagai macam moda transportasi seperti kendaraan pribadi, bis, kereta (monorel), dan kaki. Wutt kaki??? Yes benar, jadi klo misal kalian merasa punya banyak waktu dan energi, atau merasa ingin menikmati suasana senja sambil jalan kaki menembus laut bersama sang terkasih, maka jalan kaki ini sangat direkomendasikan hahaha. Berhubung gw nggak ada "sang terkasih", dan gw pun g punya kendaraan pribadi, maka jadilah gw memilih naik kereta aja. Tapi serius lho, menurut gw keren banget ini pemerintah Jepang bangun infrastrukturnya. Jadi jalan yang dibangun itu nggak hanya mengakomodir buat kendaraan pribadi aja, tapi juga kereta dan pejalan kaki. Si jalan ini terbagi menjadi 3 lorong yaitu lorong buat jalan raya, lorong buat kereta/monorel, dan lorong buat pejalan kaki (bukan trotoar ya). Jadi masing-masing jalan inipun tidak menganggu satu sama lain, yang naik kendaraan pribadi bisa kebut-kebutan, yang jalan kaki pun bisa tenang dan aman, karena ya jalannya sudah dipisah. Standing applause deh buat para civil engineer yang merancang ini.


Patung Liberty

Nah setiap berkunjung ke Odaiba, nggak afdhol kalau nggak foto di patung Liberty ala ala ini. 

Odaiba
Liberty Statue
Yah bisa juga lah buat panjat sosyel, bilangnya sih di New York, padahal mah di Odaiba 藍. Atau bisa juga buat tebak-tebakan "hayo tebak aku lagi dimana?". Kalau ada komentator yang jawab benar, bisa dikasih hadiah piring cantik #halahapasihjayus.



Gundam

Oke buat para pecinta Gundam di luar sana, kayaknya tempat ini masuk di list liburan kalian deh ya. 

Odaiba
Gundam
Nah patung gundam yang ada di Odaiba bukan hanya sekadar patung, melainkan bisa bergerak dan berganti pose di jam-jam tertentu. Biasanya nih guys, kalau udah mendekati jam jam mau ganti pose, banyaaaaaak banget orang yang standby buat merekam entah untuk koleksi pribadi, dipamerin ke temennya yang fans gundam buat manas-manasin (ini kasus nyata di temen gw ) , atau buat sekedar update di medsos. Di sini juga lumayan sulit ya kalau mau foto, soalnya banyak banget orang-orang mau foto dengan berlatarkan gundam ini.



Shopping: Aqua City, Diver Plaza


Okeiiii, disini ada beberapa pusat perbelanjaan yang menarik untuk dikunjungi. Jadi buat para wisatawan yang doyan belanja & ingin borong oleh-oleh bisa langsung serbu disini.

Odaiba
Shopping
Klo gw sendiri belanja beberapa titipan temen & makan di stand Hanamaru Udon. Nah, buat temen-temen yang ingin cari makanan halal di Jepang, kalian bisa banget berkunjung di Hanamaru Udon ini karena beberapa menunya inshaAllah halal seperti Kake Udon, Tamago Udon, dan gw lupa sisanya . Harganya pun sangat terjangkau, bahkan lebih murah dibanding Marugame Udon di Indonesia. Dan oh ya, si Hanamaru Udon ini juga banyak banget franchise-nya di seluruh penghujung Jepang, jadi mudah dicari.



Night View Odaiba

Sebenarnya masih banyak spot-spot menarik di Odaiba yang bisa dikunjungi, seperti Fuji TV, museum, dll. Cuman karena gw sudah terlampau capek (berdiri nontonin konser band Jepang nggak tau apa di depan Diver Plaza) gw memutuskan pulang aja sambil nanti cari makan malam haha.
Konser ala ala
Odaiba
Night View Odaiba
Odaiba
Gundam Night View
Nah berhubung waktu itu adalah peralihan antara musim dingin dengan musim semi, maka di Odaiba banyak sekali spot-spot illuminations khas musim dingin (bisa juga cek foto-foto illuminations di Tokyo Dome disini).



Makan Pakistani Food dekat Tokyo Tower

Oke, kalian masih ingat cerita gw waktu berkunjung ke Tokyo Tower dan menemukan resto pakistan halal yang enak? (Cek postnya disini ya). Nah waktu itu gw pergi bersama geng liqo gw, nah sedangkan di kesempatan ini gw lagi bersama geng anak UI, jadi gw meracuni mereka buat makan di tempat yang sama waktu gw makan bareng geng liqo hehe. Dan yah memang bukan pilihan yang salah. 

Makan-makan
Waktu itu kita beli paket makan dimana per orang sekitar 1500 yen (sekitar 180 ribu), dapet makanannya banyak banget doooong!!!! 1500 yen itu dapet nasi bumbu, roti Nan gede banget, jus jeruk, air putih (refill sepuasnya), sepotong ayam, dan 2 jenis kare. Mantappp banget nggak tuh, Guys?



Oke demikian cerita gw selama jalan-jalan menuju Odaiba. Semoga post ini bisa membantu kalian yang sedang merencanakan liburan menuju Odaiba.

Ba bhayyyy !!!!!

Wassalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh