Kamis, 08 Februari 2018

3rd Week In Japan: Jalan Jalan ke Shibuya, Harajuku, & Ropponggi


Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh


Haii haii ketemu lagi di post jalan-jalan ^^ Setelah di minggu sebelumnya gw pergi ke Asakusa, di minggu ketiga gw sama teman-teman dari UI memutuskan untuk jalan-jalan ke Shibuya-Harajuku & Ropponggi. Siapa tahu post ini bisa bermanfaat buat kalian yang ingin menyusun itinerary pas pergi ke Tokyo hehe. Cekidot

Shibuya

Tempat pertama yang kita datengin adalah Shibuya, kita penasaran bagaimana itu bentuknya perempatan yang keliatannya ketjeh banget di film-film dan apakah bener se-crowded kayak di salah satu adegan film Fast & Furious. Juga kita penasaran sama patung hachiko yang ceritanya terkenal seantero dunia yang katanya bikin mewek-mewek (blum pernah nonton, males nangis-nangis). Dan teret tet tett, inilah dia si patung hachiko.
 
Patung Hachiko
Buat sekedar foto sama patung hachiko kudu ngantri sama turis-turis lainnya. Rasanya kurang ‘afdhol’ kalau ke shibuya tapi belum foto sama patung hachiko. Dan patung hachiko ini dekat banget letaknya sama exit stasiun Shibuya.
 
Antri Foto
Patung hachiko sudah, nah terus perempatan Shibuya-nya mana? Dan saudara-saudara ternyata perempatannya tepat persis di depan patung hachiko. Bahkan waktu gw nyebrang perempatan itu gw nggak tahu kalau itu perempatan Shibuya -,-. Gw nyebrang aja kayak biasa karena gw sama teman gw mau pergi ke Toko 109 buat lihat-lihat baju (“lihat-lihat” bukan “beli”) sambil cari-cari perempatan Shibuya. Dan setelah nyebrang perempatan itu, kita baru sadar kalau itu adalah perempatan Shibuya -,-. Tet tot. Ya, saat itu kita nggak sadar ya karena penampakan perempatannya sebagaimana perempatan pada umumnya (yaiyalah!). Dan ya, memang rame manusia sih pas nyebrang. Tapi bukannya dimana-mana perempatan bakal ramai manusia kalau pas waktu penyebrangan?
 
Nyebrang di Shibuya
Destinasi selanjutnya gw sama teman-teman gw pergi ke toko 109 buat sekedar lihat-lihat baju karena bajunya yang mahal-mahal dan rata-rata yang dijual adalah baju winter yang pasti kurang berguna buat di Indonesia jadilah nggak beli baju apapun. Toko 109 ini ada 2 gedung yang letaknya lumayan berdekatan yaitu 109 men yang jual fashion item pria dan 109 woman yang jual fashion item wanita. Di lantai paling atas toko 109 women, kita nemu kedai yang jualan parfait dan pasta. Melihat harga parfait yang murah meriah dan penampilan yang menggiurkan, kita memutuskan buat “makan siang” disana dengan parfait.

Parfait murah 500 yen

Ropponggi

Puas makan es krim, kita buka-buka g-maps dan menemukan tempat wisata lain yang direkomendasikan di google yaitu “Ropponggi Hills”. So, kita memutuskan buat jalan ke Roponggi Hills karena di peta bilang kalau jalan hanya butuh 20 menit baru sore-nya kita akan lanjut jalan ke Harajuku. Saudara-saudara, setelah memutuskan ‘jalan kaki’ dan merasa 20 menit sudah terlewati namun Ropponggi Hills belum nampak di pelupuk mata, kita mulai curiga kalau “20 menit” yang disebutkan oleh Google adalah palsu belaka. Mungkin “20 menit jalan kaki” menggunakan standar jalan orang Jepang yang cepat-cepat, dan kita sebagai makhluk Indonesia yang dimanjakan dengan kendaraan pribadi buat pergi sekedar ke warung dekat rumah merasa tidak cocok dengan standar 20 menit, 40 menit mungkin lebih cocok. Dan baru sadar kalau jarak Shibuya ke Ropponggi Hills adalah sekitar 2,7 km. Hadeuuuuhhh. Habis sudah tenaga dari es krim 109. Sebenarnya dari Shibuya ke Ropponggi Hills ada bus, namun karena kami ingin menghemat uang dan mumpung menurut peta yang “katanya” cuman butuh jalan 20 menit, akhirnya jalan-lah kami. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Kapan lagi bisa jalan sejauh ini.
 
Ropponggi Hills yang nggak ada "Hills"nya
Sesampai di Ropponggi Hills, kata pertama yang terlintas di benak kami adalah: kecewa. Ha!?!? Yap, awalnya kami dengan bodohnya nggak googling terlebih dahulu apa itu Ropponggi Hills dan langsung berasumsi itu adalah tempat wisata berupa “hills” alias perbukitan. Bego banget kan? Hahaha. Dan setelah nyampe di tempatnya, kita baru tahu kalau Ropponggi Hills itu kompleks perkantoran dan perbelanjaan. -,-. Duh rasanya gimanaa gitu. Sudah jalan capek-capek, menanjak pula, dengan harapan keletihan ini akan terbayarkan dengan pemandangan indah dari “hills” perbukitan. Dan, harapan pun musnah karean kebego-an gw dan teman-teman gw. Hahaha. Gw pun sadar “hills” itu tidak selalu “bukit” dalam arti sebenarnya, misal di Indonesia kan ada itu San Diego Hills tapi ternyata pemakaman, trus ada juga Beverly Hills di Amerika yang ternyata kompleks orang-orang tajir dan artis Hollywood.

Dari Ropponggi Hills bisa juga kelihatan Tokyo Tower dari kejauhan. Di minggu selanjutnya gw bakal berkunjung di Tokyo Tower, postnya bisa dibaca disini (link ini baru aktif setelah gw post artikelnya, semoga nggak males) hehe. Oh ya sekali lagi Tokyo Tower dan Tokyo skytree beda ya saudara-saudara. Tokyo Skytree udah pernah gw kunjungin di trip gw yang di Asakusa.

Tokyo Tower yang kelihatan dari Ropponggi Hills
Di Ropponggi Hills sebenarnya ada wisata selain fungsinya sebagai tempat perbelanjaan. Disini ada Art Museum, bioskop, aquarium, dan taman yang mungkin bakal lebih cantik pas musim semi. Oh ya, kata temen-temen Indo yang pernah kesini pas malem, Ropponggi Hills juga bagus buat ilumination-nya. Nah, jadi salah satu atraksi yang bagus ditonton selama winter adalah winter illumination semacam pertunjukan lampu dan musik. Biasanya winter illumination bisa dilihat dari bulan Desember sampai awal spring di Maret di beberapa spot di Jepang. Buat info lebih lengkapnya bisa baca disini.

Taman di Ropponggi Hills

Harajuku

Dari Ropponggi Hills ke Harajuku kita kembali memutuskan buat jalan kaki. Ya sekalian capek. Tapi sebenarnya dari Ropponggi Hills ke Harajuku bisa naik kereta, cuman karena kita berniat mau memecahkan rekor jumlah langkah minggu lalu pas di Asakusa yaitu 20.000 langkah, akhirnya kita pilih jalan. Daerah pertama yang kita jelajahi adalah Omotesando yaitu jalan memanjang khusus untuk pusat perbelanjaan. Dan barang-barang yang dijual disini rata-rata barang high-end. Jadi kalau mau beli dari merk-merk kece macam Dior, Giordani, Louis Vitton, Prada, Gucci, Hermes, Versace, Giogio Armani, dan teman-temannya, monggo datanglah kesini. Dan bahkan gw baru sadar kalau nama pusat pertokoan-nya adalah Omotesando "Hills", lagi-lagi "Hills". Jangan-jangan "Hills" itu dipake untuk sesuatu yang berbau "mahal" maybe (?) Entahlah.

Setelah menyusuri jalan di Omotesando, sampailah kita di stasiun Harajuku. Oh ya jarak dari Omotesando Hills ke stasiun Harajuku lumayan deket kok sekitar 1-1,5 km. Arsitektur stasiun Harajuku terlihat tua beda sama stasiun-stasiun lainnya di Tokyo yang pernah gw kunjungin. Setelah searching di google, baru tau kalau stasiun Harajuku ini sudah dibangun sejak 1906. Beuhh pantesan. 

Stasiun Harajuku
Oh, ya, kalau dengar kata "Harajuku" biasanya otomatis orang akan ingat ke suatu mode atau sekelompok orang-orang yang pakai baju model 'ajaib' entah macam lolita lah, atau kayak di anime-anime itu. Ekspektasi gw juga kayak gitu kalau pas datang kesini pasti bakal nemuin banyak orang yang pakai baju 'ajaib'. Sayangnya, pas gw datang, cuman dikit banget 1-2 orang yang pake baju 'ajaib' model-model harajuku. Hmm mungkin lagi winter kali ya, jadinya mager pake baju-baju yang ajaib.

Nggak jauh dari stasiun Harajuku, sampailah kita di lokasi wisata selanjutnya yaitu Takeshita Dori Shopping Street. Yup di sepanjang jalan ini ada banyak jajanan, fashion item, pernak-pernik buat oleh-oleh yang sabi banget buat dibeli. Disini juga ada toko Daiso, toko 100 yen, jadi bolehlah kalau mau beli pernak-pernik oleh-oleh disini dengan harga terjangkau cukup 100 yen.Takeshita Dori Shopping Street ini biasa diringkas Takeshita street. Pas gw kesini, jalannya bener-bener super rame. Nggak cuman sama penduduk lokal aja, tapi juga banyak turis-turis yang datang kesini. Mungkin kalau gambar di bawah bisa di zoom, bakal kelihatan seberapa sumpeknya Takeshita-street.

Safira Candra Asih
Takeshita Dori Shopping Street
Salah satu spot yang rame dan recommended untuk dikunjungi di Takeshita-street adalah Crepes. Yap, disini ada beberapa spot toko crepes yang rame antrian. Dan bisa dibilang kalau ke Takeshita-street, wajib mencicipi crepes sini. Dan jatuhlah pilihan kita ke Marion Crepes, kenapa? karena kita lihat cukup banyak antrian di marion crepes jadi kita berasumsi mungkin saja crepesnya yang terenak disini. Oh, ya, harga crepesnya ada di range 400-700 yen. Jadi ya masih terjangkau.

Safira Candra Asih
Crepes
Setelah puas makan crepes, kita lanjut buat mengunjungin Meiji Shrine yang letaknya di sebelah stasiun Harajuku. Tapi karena udah jam 5 sore, pas sampai sana Kuil Meiji sudah tutup. Bahkan terdengar dari suara speaker di kuil Meiji kalau turis/wisatawan yang masih di dalam kuil diharapkan untuk segera keluar. Yah jadilah kita langsung cus ke Yoyogi Park yang lokasinya persis di belakang kuil Meiji. Di taman ini pula kita menunaikan sholat Maghrib. Oh ya, sekedar tips buat saudara-saudara muslim, klo berkunjung ke Jepang atau ke negara-negara non-muslim lainnya dan ingin sholat tapi posisinya sedang di outdoor, bisa banget sholat di taman. Khawatir dilihatin sama orang? peduli amat. Hehehe. Selain di taman, pilihan sholat lainnya adalah di rumah makan muslim yang biasanya menyediakan musholla, di fitting room, di tangga emergency, di tempat yang sepi-sepi, yah pokoknya se-kreatifitas kalian ajalah. Hehehe. Syukur-syukur kalau nemu masjid. jadi bisa sekalian silaturahim dengan sesama saudara muslim :)

Yoyogi Park
Yoyogi Park ini lumayan luas tempatnya. Bahkan kalau gw baca, Yoyogi Park in taman keempat terbesar di Tokyo. Dan karena masih winter, jadi sebagian taman masih tertutupi salju dan rata-rata pohon pun masih botak. Di musim dingin, pohon-pohon akan gundul karena tidak terjadinya fotosintesis akibat kurangnya sinar atau panas dari matahari sehingga tidak lagi membuat makanan. Proses pengguguran daun ini merupakan mekanisme yang diciptakan Allah SWT agar pohon dapat menghemat cadangan makanannya dengan merontokkan sebagian daunya sehingga tidak banyak makanan yang disebarkan keseluruh bagian pohon. Kemudian di saat musim semi, dengan adanya sinar matahari yang cukup, pohon kembali menumbuhkan daun-daunnya dan dapat kembali berfotosintesis. (Eaaaa, pelajaran SD masih inget aja gw wkwkwk).

Bebek bebek
Di taman ini juga ada bebek-bebek (gw g tau itu jenis apa yang pasti mirip bebek) yang berenang di kolam di tengah taman. Setelah gw coba searching di google image, kayaknya Yoyogi Park ini jauh lebih cantik kalau kita dateng pas musim Semi karena yah ada daunnya. Hehehe. Nggak beda kayak taman-taman di Indo, spot-spot "mojok" di Yoyogi Park juga dimanfaatkan pasangan muda-mudi untuk .....yaa begitulah isi sendiri -,-. Oh ya, di depan yoyogi Park, sebenarnya sudah ada Yoyogi National Stadium dan di depan stadium ini ada banyak banner "2020 Summer Olympics" atau "Tokyo 2020". Yap, pagelaran olimpiade 2 tahunan ini akan diselenggarakan di Tokyo sebagai tuan rumah pada tahun 2020 nanti. Yah mungkin kalau nanti punya duit dan masih diberi kesempatan umur dan kesehatan, bisalah balik lagi pas summer 2020. Hehehe.

Oke, gw rasa itu aja sharing jalan-jalannya. Semoga bisa bermanfaat.
Sampai jumpa lagi di jalan-jalan selanjutnya ^^
Happy Holidays !!!



Safira Candra Asih
Laboratorium Dept. Biotech & Life Sciences
Gabut Nunggu Inkubasi Sel

0 komentar:

Posting Komentar