Senin, 25 Mei 2020

Review: The Ordinary Alpha Arbutin 2% + HA dan Niacinamide 10% + Zinc 1%

Assalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Hai semuanya!! Akhirnya bisa nulis lagi beauty review ya. Nah, produk yang akan gw bahas hari ini adalah kombinasi produk The Ordinary yang paling terkenal yaitu Alpha Arbutin 2% + HA dan Niacinamide 10% + Zinc 1%. Dalam review ini, gw nggak akan mereview satu-satu kinerjanya melainkan mereview bagaimana kinerja mereka bila digunakan secara bersamaan. Tanpa lama-lama, langsung aja deh cekidot!

Konsep Brand The Ordinary & Tujuan Pemakaian

Gw salut sih sama konsep brand The Ordinary yang "to the point" dimana mereka langsung menjadikan nama bahan aktif utamanya sebagai nama produk-nya; jadinya kita sebagai konsumen pun langsung tahu kandungan si produk itu apa beserta fungsinya; sedangkan kebanyakan brand lain itu kita harus cek dulu komposisinya untuk tahu kandungan bahan aktif yang dipakai apa saja, misal: Wardah lightening series -> cek ingredients -> "Oh, ternyata lightening agent-nya adalah si licorice extract".

Review The Ordinary
"To The Point"-nya Produk-Produk The Ordinary

Memang sih, ke-to the point-an The Ordinary ini mungkin akan agak menyulitkan buat teman-teman yang baru masuk ke dunia per skincare-an karena memang masih awam dengan nama-nama bahan aktif beserta kegunaannya. Justru menurut gw, di sinilah seninya, kita dipaksa untuk belajar: untuk mencari tahu apa permasalahan dan kebutuhan kulit kita, lalu memutuskan untuk memilih bahan aktif mana yang akan kita pakai. Masih tetap bingung?  Tenang saja guys, The Ordinary sendiri menyediakan panduan mengenai fungsi dan cara penggunaan produk mereka di websitenya, bisa dicek disini. Gw sendiri pun jadi lebih paham dengan dunia per-skincare-an gara-gara si The Ordinary ini. Sejak saat itu, gw pun lebih selektif memperhatikan komposisi tiap produk biar nggak sekedar kemakan iklan.

Harga

Untuk harga sebenarnya bervariasi ya tergantung tempat belinya dimana. Kalau gw sendiri pernah beli di salah satu star seller di Shopee, lalu terakhir gw beli via website Ponny Beaute. Nah Ponny Beaute ini adalah distributor resmi produk The Ordinary di Indonesia. Produk the Ordinary yang dijual disini pun sudah terdaftarkan di BPOM. 

Website Ponny Beaute

Makanya karena hal-hal tersebut, gw sebagai konsumen merasa lebih aman karena produk yang akan didapatkan terjamin keasliannya (-bukan berarti beli di shopee atau olshop lain itu produknya palsu ya, hanya saja kita harus lebih jeli untuk memastikan keaslian produknya). Sayangnya kalau beli di Ponny Beaute, harga produknya akan cenderung lebih mahal dibanding olshop-olshop lainnya. Berikut adalah harga produk jika beli di Ponny Beaute.

The Ordinary Alpha Arbutin 2% + HA Rp 200.000,00
The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1% Rp 175.000,00

Kandungan dan Klaim

Untuk produk yang pertama tentunya sudah jelas bahwa kandungan utamanya adalah Alpha Arbutin 2% dan Hyaluronic Acid (HA). Alpha arbutin merupakan bahan aktif yang kegunaannya sebagai agen pencerah. Sesuai dengan kegunaannya, klaimnya menyebutkan bahwa produk ini memiliki fungsi untuk mengurangi penampakan noda hitam dan hiperpigmentasi. Kandungan Alpha Arbutin sebesar 2% tergolong cukup tinggi dibanding produk kecantikan lainnya yang biasanya berada di kisaran 1%. Selanjutnya kandungan bahan yang kedua adalah hyaluronic acid (HA) dimana pihak Deciem (produsen) menyebutkan HA disini berfungsi untuk mengoptimalkan "transportasi" alpha arbutin ke kulit kita. Selain itu, HA juga berfungsi untuk menghidrasi kulit sehingga membuat kulit terlihat lebih kenyal. Komposisi lengkap dari The Ordinary Alpha Arbutin 2% +HA bisa dilihat di gambar di bawah.

Review The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide
Komposisi The Ordinary Alpha Arbutin 2% + HA

Selanjutnya produk kedua, kandungan utamanya adalah Niacinamide 10% dan Zinc 1%. Niacinamide atau vitamin B3 juga merupakan agen pencerah, oleh karena itu klaim produknya pun menyebutkan bahwa produk ini akan membantu menghilangkan kemerah-merahan dan warna kulit tidak merata pada kulit. Sedangkan kandungan zinc berguna untuk mengatur produksi sebum, oleh karenanya zinc pun disinyalir dapat membantu mengurangi produksi jerawat dan memperkecil penampakan pori-pori. Komposisi lengkap dari The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1% bisa dilihat di gambar di bawah ya.

Review The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide
Komposisi The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1%

Packaging

Ini dia tampilan dari box the Ordinary: bentuknya simple, informatif, dan to the point. Berhubung gw beli si produk The Ordinary-nya di Ponny Beaute, maka di bagian atas packaging terdapat segel dengan keterangan waktu kadaluarsa, cara penggunaan, dan barcode BPOM-nya.

Review The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide
Front-View Box

Review The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide
Segel

Selanjutnya ini adalah tampilan dari botol The Ordinary yang juga simple, informatif, dan to the point. Bentuknya berupa botol kaca yang berisi 30ml produk, serta dilengkapi dengan pipet di bagian atasnya. Keberadaan pipet ini pun sangat membantu kita untuk mengatur jumlah penggunaan produk yang akan diaplikasikan ke muka.

Review The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide
Botol The Ordinary

Bentuk dan Tekstur

Untuk bentuk produknya, keduanya berupa cairan bening. Ada beberapa orang yang berbagi pengalamannya bahwa produk The Ordinary Niacinamide yang mereka pakai lama kelamaan berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Nah untuk kasus gw sendiri, sampai produk di botol habis pun, si cairan produknya masih tetap bening transparan. Gw sendiri nggak tahu ya kenapa ada kasus yang produknya berubah menjadi kekuningan, entah memang produknya "terurai" atau rusak akibat sebab tertentu atau produknya tidak asli, -gw nggak tahu. 

Selanjutnya untuk masalah tekstur, keduanya berupa cairan kental. Tapi kalau misal gw bandingkan, seri Alpha Arbutin lebih kental dibanding si Niacinamide. Jadi klo misal lagi ditetesin ke muka, si Niacinamide ini akan lebih mudah jatuh mengalir ke bawah dibanding si Alpha Arbutin.

Penggunaan & Penyimpanan

Untuk cara penggunaan cukup simple: kita tinggal teteskan beberapa tetes produk menggunakan pipet ke kulit wajah kita atau bagian tubuh yang lain. Gw sendiri memakai sekitar 3 tetes: 1 tetes masing-masing di pipi kanan dan kiri, lalu 1 tetes di dahi; yaudah deh selanjutnya tinggal diratakan ke seluruh wajah. Nah biar aman dan mencegah ketidak-cocok-an, dari pihak produsen sendiri menyarankan untuk melakukan patch testing alias uji coba dulu sebelum diaplikasikan ke kulit wajah. Gimana cara melakukannya? Kalau gw sendiri biasa melakukan patch testing di daerah bawah telinga. Jadi gw tetesin 1 tetes ke kulit di bawah telinga kemudian diamati selama 24 jam apakah ada efek inflamasi atau tidak; kalau tidak berarti kita bisa lanjut memakainya ke kulit wajah. Alasan gw memilih kulit di bagian bawah telinga untuk patch testing adalah: gw beranggapan kulit di daerah situ memiliki karakteristik yang mirip dengan kulit wajah karena posisinya yang dekat sehingga cocoklah jadi lokasi "simulasi", selain itu kalaupun terjadi hal yang tak diinginkan yaitu inflamasi akibat patch testing maka lokasinya tersembunyi jadi nggak kelihatan wehehe (fyi, gw pakai jilbab).

Review The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide
Panduan Patch Testing dari Deciem
Nah selanjutnya akan muncul pertanyaan: jika 2 produk the ordinary ini digunakan secara bersamaan, maka manakah produk yang digunakan terlebih dahulu? Atau bisa dicampur bersama-sama? Lalu, untuk pemakaianya apakah boleh pagi dan malam? Nah, dari pihak Deciem sendiri menuliskan di websitenya bahwa baik seri Niacinamide maupun Alpha Arbutin dapat digunakan di pagi maupun malam hari, dengan catatan tidak dicampur dengan produk skincare yang mengandung vitamin C (-karena niacinamide dapat merusak kinerja vitamin C, jadinya percuma juga makai produknya). Untuk penggunaannya, berdasarkan info-info yang gw dapat (-salah satunya dari seorang beauty vlogger yang berprofesi sebagai dokter yaitu Danang Wisnuwardhana), penggunaan diawali dulu dengan Alpha Arbutin, lalu setelah dipastikan produknya telah meresap sempurna ke kulit, maka kita bisa lanjutkan dengan si niacinamide.

Untuk proses penyimpanan, tidak ada instruksi khusus dari pihak Deciem; tapi gw sendiri menyimpan produk-produk tersebut di daerah yang tidak terkena sinar matahari langsung karena gw takut paparan sinar matahari bisa merusak atau mengurangi fungsionalitas produknya (-ini gw belum bisa konfirmasi ya, kapan-kapan gw update kalau udah tahu kebenarannya)

Review Penggunaan

Oke kita sekarang ke intinya nih: bagaimana pengalaman gw selama memakai kombinasi produk The Ordinary ini? Apakah memuaskan?

Pertama gw mau cerita tentang alasan gw mencoba kombinasi duo produk The Ordinary ini yaitu dikarenakan muka gw tiba-tiba ditumbuhi jerawat gede-gede secara serentak. Posisinya saat itu gw abis sakit gejala typhus, dan entah kenapa setelah selesai konsumsi obatnya malah tumbuh banyak jerawat di muka padahal sebelumnya baik-baik aja. Nggak cuman jerawat, muka pun tiba-tiba berubah jadi kusam. Udah berjerawat, kusam lagi. Duh! Kejadian itu pun terulang lagi sekitar setengah tahun kemudian dimana gw kembali lagi terserang typhus. Sepulang opname dari rumah sakit, kembali tumbuh jerawat gede-gede secara serentak di muka. Gw nggak tahu ya apakah ini memang kebetulan aja atau ada hubungannya dengan sakit atau obat typhus yang gw konsumsi. Gw pernah nanya ini ke dokter, dan dokternya jawab (-entah bercanda atau serius) kalau itu mungkin penyebabnya gw yang jarang mandi selama sakit -,-. Dok, plis deh :"

Selama 2 insiden itu, gw memutuskan untuk menggunakan kombinasi 2 produk The Ordinary ini. Pikiran gw waktu itu sih: kandungan Zinc bisa membantu mengurangi jerawat gw yang lagi mateng-matengnya plus membantu mengecilkan pori, lalu sisa bekas jerawatnya bisa dihempas pakai kandungan niacinamide dan alpha arbutin-nya. Oh ya, saat menggunakan ini gw stop sama sekali penggunaan skincare lain yang sama-sama berbentuk cair (toner/essence, serum), jadi murni cuman pakai 2 serum ini aja. Kenapa? Ya karena gw kurang nyaman melayer-layer skincare terlalu banyak ke kulit, rasanya terlalu over -kasian kulitnya (gw penganut paham skincare minimalis). Selain itu, gw juga pingin mengamati secara jelas bagaimana efek kombinasi 2 produk ini terhadap kulit.

Hasilnya? Sesuai ekspektasi guys!! Jadi gw menggunakan kombinasi kedua produk itu selama 1,5 bulan (Alpha arbutinnya habis, sedangkan Niacinamide masih sisa sedikit) dan hasilnya: jerawat gw mengempes, bekas jerawat lama-kelamaan memudar, serta wajah yang makin kinclong. Duh masih inget deh betapa senengnya gw waktu itu! Gw nggak pernah berekspektasi kalau hasil yang gw mau bisa didapat dalam waktu yang singkat yaitu 1,5 bulan. 

Ini dia foto dari minggu 1 ke minggu 3 (kiri ke kanan). Foto dilakukan di outdoor dengan matahari sebagai sumber cahaya. (Foto paling kiri sebenernya tidak "semuram" itu ya, mungkin saat itu kondisi sedang mendung jadi hasil fotonya agak lebih gelap). Oh ya foto yang tengah ini harusnya si jerawat lebih kelihatan jelas, tapi sayangnya saat itu gw lagi makai acne patch. Fyi, jerawat yang gw alami berupa jerawat tanpa mata atau blind pimple dan cystic acne.

Jerawat ooo jerawat (Kiri ke kanan: perjalanan penampakan jerawat dari minggu ke 1 ke 3)

Bisa dilihat kan dalam waktu singkat yaitu 3 minggu, jerawat yang ada di muka gw lama-kelamaan menghilang, bekasnya pun lama-lama ikut memudar, serta kulit gw semakin keliatan glowingnya *alhamdulillah. Namun, untuk masalah pori-pori, gw g melihat perubahan yang signifikan -pori-pori gw mah tetap segitu-gitu aja ukurannya. 

Tadi kan foto penggunaan selama 3 minggu, lalu bagimana foto muka setelah selesai penggunaan produk? Nah ini dia fotonya (bawah) diambil tanpa menggunakan filter sama sekali. Foto yang kiri adalah foto indoor dengan lampu sebagai sumber cahaya sedangkan foto yang kanan adalah foto outdoor dengan matahari sebagai sumber cahaya.

Foto After (Kiri-indoor, kanan-oudoor)

Kesimpulannya, gw puas dengan kinerja kombinasi duo produk the Ordinary ini. Klaimnya terbukti, nggak cuman omdo aka omong doang. Itu kan tadi kelebihan, apakah ada kekurangannya? Yes ada, yaitu produk ini membuat kulit gw jadi kering. Oleh karenanya gw berhenti memakai kombinasi 2 produk ini di 1,5 bulan pemakaian, tidak hanya karena muka yang sudah "sembuh" melainkan juga gw nggak mau kulit muka jadi semakin kering. Yap, akhirnya setelah itu gw kembali lagi ke skincare daily gw yang biasanya yaitu Laneige Clear C Advance Effector dan Laneige Clear C Peeling Serum. Kekurangan lainnya terletak pada produk The Ordinary Niacinamide, entah kenapa setelah gw memakai produknya akan terdapat residu putih di muka gw. Hal ini sangat mengganggu ya kalau misal kita pakai produknya di pagi hari lalu kita beraktivitas dan bertemu orang-orang, maka akan nampak ada residu putih seperti daki #plakk di muka kita. Ini pun menyulitkan juga kalau misal kita akan bermake up setelah menggunakan The Ordinary Niacinamide karena base make up akan susah nempel atau ikut mengelupas gara-gara si residu putih tersebut. Dari sini gw akali dengan memakai si Niacinamide di pagi hari hanya apabila di hari itu nggak ada aktivitas di luar. 

Repurchase?

Yes, definitely
Klaim terbukti, harga pun bersahabat, kurang apalagi coba? Oh ya, repurchase yang gw maksud disini adalah apabila memang di masa depan muncul kasus jerawat gede lagi (semoga nggak usah aja deh. Aaaamiin). Kenapa gitu? Gw disini memposisikan The Ordinary sebagai "obat" dalam skincare regime gw, jadi bukan sebagai daily skincare; dikarenakan hal yang gw ungkapkan sebelumnya yaitu skincare ini menyebabkan kulit gw jadi kering, bahkan pernah saking keringnya ada beberapa bagian yang mengelupas.

Jadilah muncul dilema: gw senang sama keampuhannya, tapi disisi lain kalau dipakai lama-lama malah bikin kulit kering (padahal aslinya berminyak). Itulah kenapa gw jadikan kedua produk tersebut ebagai "obat" alias special treatment (-dari periode Desember 2018 - Mei 2020, gw udah beli Alpha Arbutin 2x dan Niacinamide 3x). Saat permasalahan jerawat udah kelar, gw ya balik lagi ke skincare regime gw yang biasanya yaitu Laneige Clear C Advance Effector dan Laneige Clear C Peeling Serum.

Cuap Cuap Terakhir

Nah itu dia review gw yang panjang kali lebar tentang produk The Ordinary Alpha Arbutin dan Niacinamide, semoga bermanfaat ya :)
Gw juga mau bilang kalau review ini hanya berdasar pengalaman di kulit gw, bisa jadi akan memiliki pengalaman yang berbeda di kulit yang berbeda pula.
Terakhir, sampai jumpa di post beauty review lainnya!!
Ciao bella!
This entry was posted in

Sabtu, 09 Mei 2020

Jalan-Jalan ke Mount Takao: Menyepi Sejenak dari Hiruk-pikuk Kota Tokyo

Assalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh


Haloo semuanya!!!! Kali ini gw kembali lagi dengan post berbagi pengalaman gw saat travelling. Tempat wisata yang akan gw ceritakan ada di perfektur Tokyo. Hayoo, kalau kalian denger kata "Tokyo", kira-kira objek wisata apa yang muncul di benak kalian? Shibuya? Asakusa? Tokyo Skytree? Ueno? Tokyo tower?. Aiiiss itu mah udah mainstream, kali ini gw akan mengajak kalian menjelajah ke objek wisata di Tokyo yang jarang disadari dan dikunjungi oleh turis terutama turis dari Indonesia. Nama tempatnya tidak lain dan tidak bukan adalah "Mount Takao", alias Gunung Takao. What? Di Tokyo ada gunung? Yes, ada wankawan. Letaknya memang beneran pinggiran Tokyo sih, meskipun begitu tempat ini layak buat kalian kunjungi. 

Namanya sih memang Gunung Takao ya, tapi jangan berkekspektasi bahwa gunung ini seperti Gunung Semeru atau gunung-gunung lain di Indonesia dengan ketinggian sekitar ribuan meter. Gunung Takao hanya memiliki ketinggian sekitar 600m di atas permukaan laut. Ha? Pendek banget, itu mah rumah gw juga di ketinggian segitu kaleee. Eits, tapi kabar baiknya dengan ukuran gunung yang tergolong "mini" ini berarti kita bisa dengan mudah mendakinya dan tidak perlu persiapan khusus kalau mau mendaki. Seru banget kan?

Lokasi

Untuk menuju Mount Takao cukup diperlukan waktu sekitar 50 menit dari stasiun Shinjuku  melalui line Keio menuju stasiun Takaosangushi. Sebentar banget kan? Kurang lebih mirip-mirip lah waktunya dengan naik KRL dari stasiun Depok ke stasiun Manggarai hehehe. 

Mount Takao
Penampakan Stasiun Takaoganouchi

Sesampai di stasiun, kita akan disambut oleh warung-warung yang menjual berbagai macam aksesoris dan makanan, jadi bisa banget buat kalian yang lupa bawa bekal bisa mampir dan beli makan disini (-tentunya buat yang muslim bisa lebih berhati-hati lagi untuk memilih makanan yang benar-benar halal dan thayyib).

Untuk pendakian ke atas gunung kita diberikan 3 pilihan transportasi:
  1. Cable car
    Bentuknya seperti kereta atau tram gitu ya. Nah si cable car ini bisa mengantar kita ke atas kurang lebih setengah perjalanan. Untuk biaya yang dikenakan yaitu sekitar 600 yen (ini harga tahun 2018 ya, nggak tahu apakah sekarang sudah naik apa belum)
  2. Chair Lift
    Bentuknya mirip seperti chair lift yang biasa kita temui saat kita mau ke puncak bukit untuk sky gitu. Sama dengan cable car, chair lift ini hanya mengantar kita sampai setengah perjalanan saja. Harga yang dikenakan oleh pengelolanya terbilang cukup murah yaitu 300 yen.
  3. Mendaki menggunakan kaki sendiri
    Ya ini adalah opsi bagi kalian yang tubuhnya fit, rajin olahraga; maka bisa memilih opsi ini.
Gw sendiri memilih opsi naik chair lift, selain murah harganya, juga dengan naik chair lift kita bisa sambil melihat pemandangan pepohonan sekitar. Ahayyy.

Mount Takao
Guide Map Takao
Untuk menuju titik puncak pendakian, disediakan berbagai macam opsi jalur dimana setiap jalurnya terdapat objek wisata (bisa sambil mendaki, sambil mampir-mampir gitu). Lebih jelasnya kalian bisa lihat di gambar peta di atas. 

Naik Chair Lift

Untuk naik chair lift, gw dan teman-teman harus menuju stasiun chair lift-nya dulu. Untuk menuju stasiun, kita diarahkan melalui jalan-jalan pedesaan yang indah banget, macam lagi di film-film gitu *mulainorak 😅.  Meskipun harus menempuh jarak sekian ratus meter, jadi tidak berasa karena sambil lihat pemandangan arsitektur pedesaan khas Jepang.

Mount Takao
Desa banget uyy
Mount Takao
Menikmati jalanan pedesaan
Saat sudah mencapai stasiun pun, kita kembali disambut dengan warung-warung di pinggir jalan yang menjajakan makanan dan berbagai macam cinderamata. Yang hobi belanja pasti bakal puas deh!

Mount Takao
Warung di depan stasiun chair lift

Mount Takao
Stasiun Chair Lift
Selanjutnya gw dan teman gw naiklah ke chair lift. Nah si chair lift ini hanya bisa dinaiki maksimum 2 orang untuk 1 kursi. Jadi ya kalau ada temannya bisa duduk berdua, atau yang datangnya sendirian ya bisa juga duduk sendirian di chairlift. Oh ya si chair lift tersedia rute bolak-balik ya, ada yang arah naik ke atas, juga sebaliknya disediakan rute turun ke bawah.

Mount Takao
Mulai bergerak mendaki

Mount Takao
Di bawah ada jaring-jaring
Gw mengunjungi Gunung Takao pada awal bulan Maret yang berarti sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi, jadi ya mohon maklum kalau pemandangan di sekitar hanya berupa pohon-pohon dengan dahan gundul atau daun-daun kering. Gw sendiri lebih menyarankan kalau kalian ingin berkunjung kesini adalah saat musim semi atau musim gugur karena dijamin pemandangannya bakal bagus banget! Bayangin aja deh kita naik chair lift di samping kanan kiri ada deretan pepohonan berwarna merah-kuning-coklat khas musim gugur. Indah sekali! Atau di kala musim semi, menaiki setapak demi setapak jalan dengan sesekali dijatuhi beberapa kuntum sakura, uulaalaa.

Mount Takao
Mount Takao saat musim gugur

Mendaki di Sisa Pendakian

Sebagaimana gw bilang sebelumnya kalau naik chair lift ini menghemat setengah perjalanan, sisanya? Ya jalan kaki. Waduh, kalau tersesat gimana? Nah tenang aja guys, bisa dikatakan hampir di setiap sudut tempat akan kita temui banyak papan penunjuk jalan. Kita pun bisa membekali diri dengan peta Gunung Takao yang kita download dari internet.

Mount Takao
Panduan Jalur Pendakian dan objek wisata di sekitar Mount Takao

Untuk mencapai puncak Gunung Takao terdapat beberapa jalur pendakian (trail), dan di setiap jalur kita bisa menemui spot menarik, seperti temple, jembatan, taman monyet, air terjun, dan lain-lain. Berhubung gw sama teman-teman kemaruk pingin menjajal semua trail biar bisa menjelajahi semua objek wisata, maka kita memutuskan untuk mencoba semua trail ~mumpung masih muda dan kuat. "Awalnya". Kemudian semua berubah setelah gw dan teman-teman kelelahan dan kaki pegal-pegal padahal baru menjajal 3 trail hahaha. Udah nggak minat deh nyobain semua trail, rasanya saat itu pingin pulang aja terus ngolesin balsem geliga atau koyo cabe ke kaki.

Nah ini dia beberapa foto yang gw ambil selama perjalanan mendaki. Jalanan pendakian ada yang berupa jalanan tanah dan ada pula yang berupa jalanan cor. Saran gw adalah: pakailah sepatu olahraga semacam sepatu lari yang alasnya bergerigi. Gw saat itu salah pakai sepatu, gw pakai sepatu yang alasnya rata jadilah bahaya kalau lagi naik jalan yang curam.

Mount Takao
Papan penunjuk jalan

Mount Takao
Jalan setapak tanah

Mount Takao
Yakuo-In Temple di Trail 1

Mount Takao
Suspension Bridge di Trail 4

Oh ya, saat berkunjung ke Mount Takao, gw sarankan untuk bawa bekal ya, soalnya gw jamin kalian bakal kelaparan akibat kehabisan tenaga wehehe. Sebenarnya di atas gunung pun ada beberapa spot orang jualan, meskipun begitu yang dijual kebanyakan cemilan, kebanyakan cemilan, makanan agak berat yang dijual pun hanya sejenis sukiyaki itupun nggak ada nasinya :" (*Kebiasaan orang Indo, nggak pakai nasi, nggak kenyang). Jadi jangan berekspektasi kayak pas naik gunung di Indo dimana kita bisa nemu abang-abang atau mbak-mbak penjual indomie, pecel, bakwan goreng panas, soto ayam, atau kopi panas di perjalanan. 

Mount Takao
Stand penjual

Mount Takao
Istirahat sejenak sambil menyantap sukiyaki panas 500-an yen

Penurunan

Oke setelah puas menjelajah gunung Takao dan kaki sudah tidak kuat rasanya untuk diajak mendaki -saking lelahnya bahkan sampai lupa mengambil foto saat sudah mencapai puncak gunung takao :"), maka diputuskan untuk turun saja. Nah untuk turun ini juga ada beberapa opsi sebagaimana saat mendaki tadi, antara kita ingin naik cable car atau chair lift; atau ya jalan kaki saja. Kami pun memilih untuk jalan kaki karena mikir pasti nggak capek, toh jalanannya turun kan? *asumsi awal. Ternyata o ternyataaa, jalanan turunannya curam kali permirsahh!!! Ada beberapa jalan yang sudut kemiringannya hampir 45 derajat, jadi intinya sama aja: butuh tenaga untuk menopang berat tubuh agar tetap seimbang saat turun dan tidak jatuh bergelindingan. Padahal jalan-jalan tersebut sudah menggunakan prinsip "pesawat sederhana" -pelajaran fisika jaman SMP, yaitu dibuat miring dan berkelok-kelok untuk meminimalisir kerja yang dilakukan, tapi yah tetap melelahkan juga*ngeluh mulu XD. Nggak bisa bayangin kalau pas berangkat tadi milih jalan kaki ketimbang chair lift hahaha. Lain kali, mungkin gw akan berkunjung kesini lagi tapi dengan kondisi tubuh yang lebih fit jadi bisa jalan kaki dari titik awal pendakian sampai puncak. Aaaamiin

Pesawat sederhana

Syukurnya, jalanan turun ini berupa cor atau aspal jadi setidaknya tidak berbahaya kalau sedang hujan, meskipun begitu nggak memungkiri juga dengan jalanan aspal yang keras itu akan membuat tekanan kaki ke jalan semakin sakit karena tahanan yang kuat dari si aspal, seperti yang dipaparkan oleh hukum 3 Newton (duh, kesambet apa gw jadi ngomongin fisika). Nah ini dia gambaran jalan turunnya.

Mount Takao
Turuuuuuuuuuun

Mount Takao
Curam

Mount Takao
Garis Finish, Yeyyy

Alhamdulillah, akhirnya setelah menempuh perjalanan turun selama kurang lebih 45 menit, akhirnya sampailah gw dan teman-teman di garis finish. Sebenarnya di bagian lereng ini terdapat beberapa macam objek wisata seperti kuil atau museum, namun berhubung saat itu gw udah lapar (lagi) dan ngidam makan spaghetti tinta cumi-nya Pizzeria di Koganei, gw memutuskan nggak mampir ke objek wisata tersebut dan langsung cabut pulang wehehehe.

Mount Takao
Menyusuri jalan pedesaan setelah melewati garis finish
Mount Takao
Museum di lereng gunung

Cuap Cuap Terakhir

Nah itu dia pengalaman gw ke Mount Takao, semoga bisa membantu teman-teman yang sedang merencanakan liburan ke Tokyo.

Sampai jumpa!!!





Ditulis dikala seharusnya mengerjakan revisi proposal penelitian,
namun memilih untuk kabur sejenak dan menulis kenangan saja