Sabtu, 09 Mei 2020

Jalan-Jalan ke Mount Takao: Menyepi Sejenak dari Hiruk-pikuk Kota Tokyo

Assalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh


Haloo semuanya!!!! Kali ini gw kembali lagi dengan post berbagi pengalaman gw saat travelling. Tempat wisata yang akan gw ceritakan ada di perfektur Tokyo. Hayoo, kalau kalian denger kata "Tokyo", kira-kira objek wisata apa yang muncul di benak kalian? Shibuya? Asakusa? Tokyo Skytree? Ueno? Tokyo tower?. Aiiiss itu mah udah mainstream, kali ini gw akan mengajak kalian menjelajah ke objek wisata di Tokyo yang jarang disadari dan dikunjungi oleh turis terutama turis dari Indonesia. Nama tempatnya tidak lain dan tidak bukan adalah "Mount Takao", alias Gunung Takao. What? Di Tokyo ada gunung? Yes, ada wankawan. Letaknya memang beneran pinggiran Tokyo sih, meskipun begitu tempat ini layak buat kalian kunjungi. 

Namanya sih memang Gunung Takao ya, tapi jangan berkekspektasi bahwa gunung ini seperti Gunung Semeru atau gunung-gunung lain di Indonesia dengan ketinggian sekitar ribuan meter. Gunung Takao hanya memiliki ketinggian sekitar 600m di atas permukaan laut. Ha? Pendek banget, itu mah rumah gw juga di ketinggian segitu kaleee. Eits, tapi kabar baiknya dengan ukuran gunung yang tergolong "mini" ini berarti kita bisa dengan mudah mendakinya dan tidak perlu persiapan khusus kalau mau mendaki. Seru banget kan?

Lokasi

Untuk menuju Mount Takao cukup diperlukan waktu sekitar 50 menit dari stasiun Shinjuku  melalui line Keio menuju stasiun Takaosangushi. Sebentar banget kan? Kurang lebih mirip-mirip lah waktunya dengan naik KRL dari stasiun Depok ke stasiun Manggarai hehehe. 

Mount Takao
Penampakan Stasiun Takaoganouchi

Sesampai di stasiun, kita akan disambut oleh warung-warung yang menjual berbagai macam aksesoris dan makanan, jadi bisa banget buat kalian yang lupa bawa bekal bisa mampir dan beli makan disini (-tentunya buat yang muslim bisa lebih berhati-hati lagi untuk memilih makanan yang benar-benar halal dan thayyib).

Untuk pendakian ke atas gunung kita diberikan 3 pilihan transportasi:
  1. Cable car
    Bentuknya seperti kereta atau tram gitu ya. Nah si cable car ini bisa mengantar kita ke atas kurang lebih setengah perjalanan. Untuk biaya yang dikenakan yaitu sekitar 600 yen (ini harga tahun 2018 ya, nggak tahu apakah sekarang sudah naik apa belum)
  2. Chair Lift
    Bentuknya mirip seperti chair lift yang biasa kita temui saat kita mau ke puncak bukit untuk sky gitu. Sama dengan cable car, chair lift ini hanya mengantar kita sampai setengah perjalanan saja. Harga yang dikenakan oleh pengelolanya terbilang cukup murah yaitu 300 yen.
  3. Mendaki menggunakan kaki sendiri
    Ya ini adalah opsi bagi kalian yang tubuhnya fit, rajin olahraga; maka bisa memilih opsi ini.
Gw sendiri memilih opsi naik chair lift, selain murah harganya, juga dengan naik chair lift kita bisa sambil melihat pemandangan pepohonan sekitar. Ahayyy.

Mount Takao
Guide Map Takao
Untuk menuju titik puncak pendakian, disediakan berbagai macam opsi jalur dimana setiap jalurnya terdapat objek wisata (bisa sambil mendaki, sambil mampir-mampir gitu). Lebih jelasnya kalian bisa lihat di gambar peta di atas. 

Naik Chair Lift

Untuk naik chair lift, gw dan teman-teman harus menuju stasiun chair lift-nya dulu. Untuk menuju stasiun, kita diarahkan melalui jalan-jalan pedesaan yang indah banget, macam lagi di film-film gitu *mulainorak 😅.  Meskipun harus menempuh jarak sekian ratus meter, jadi tidak berasa karena sambil lihat pemandangan arsitektur pedesaan khas Jepang.

Mount Takao
Desa banget uyy
Mount Takao
Menikmati jalanan pedesaan
Saat sudah mencapai stasiun pun, kita kembali disambut dengan warung-warung di pinggir jalan yang menjajakan makanan dan berbagai macam cinderamata. Yang hobi belanja pasti bakal puas deh!

Mount Takao
Warung di depan stasiun chair lift

Mount Takao
Stasiun Chair Lift
Selanjutnya gw dan teman gw naiklah ke chair lift. Nah si chair lift ini hanya bisa dinaiki maksimum 2 orang untuk 1 kursi. Jadi ya kalau ada temannya bisa duduk berdua, atau yang datangnya sendirian ya bisa juga duduk sendirian di chairlift. Oh ya si chair lift tersedia rute bolak-balik ya, ada yang arah naik ke atas, juga sebaliknya disediakan rute turun ke bawah.

Mount Takao
Mulai bergerak mendaki

Mount Takao
Di bawah ada jaring-jaring
Gw mengunjungi Gunung Takao pada awal bulan Maret yang berarti sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi, jadi ya mohon maklum kalau pemandangan di sekitar hanya berupa pohon-pohon dengan dahan gundul atau daun-daun kering. Gw sendiri lebih menyarankan kalau kalian ingin berkunjung kesini adalah saat musim semi atau musim gugur karena dijamin pemandangannya bakal bagus banget! Bayangin aja deh kita naik chair lift di samping kanan kiri ada deretan pepohonan berwarna merah-kuning-coklat khas musim gugur. Indah sekali! Atau di kala musim semi, menaiki setapak demi setapak jalan dengan sesekali dijatuhi beberapa kuntum sakura, uulaalaa.

Mount Takao
Mount Takao saat musim gugur

Mendaki di Sisa Pendakian

Sebagaimana gw bilang sebelumnya kalau naik chair lift ini menghemat setengah perjalanan, sisanya? Ya jalan kaki. Waduh, kalau tersesat gimana? Nah tenang aja guys, bisa dikatakan hampir di setiap sudut tempat akan kita temui banyak papan penunjuk jalan. Kita pun bisa membekali diri dengan peta Gunung Takao yang kita download dari internet.

Mount Takao
Panduan Jalur Pendakian dan objek wisata di sekitar Mount Takao

Untuk mencapai puncak Gunung Takao terdapat beberapa jalur pendakian (trail), dan di setiap jalur kita bisa menemui spot menarik, seperti temple, jembatan, taman monyet, air terjun, dan lain-lain. Berhubung gw sama teman-teman kemaruk pingin menjajal semua trail biar bisa menjelajahi semua objek wisata, maka kita memutuskan untuk mencoba semua trail ~mumpung masih muda dan kuat. "Awalnya". Kemudian semua berubah setelah gw dan teman-teman kelelahan dan kaki pegal-pegal padahal baru menjajal 3 trail hahaha. Udah nggak minat deh nyobain semua trail, rasanya saat itu pingin pulang aja terus ngolesin balsem geliga atau koyo cabe ke kaki.

Nah ini dia beberapa foto yang gw ambil selama perjalanan mendaki. Jalanan pendakian ada yang berupa jalanan tanah dan ada pula yang berupa jalanan cor. Saran gw adalah: pakailah sepatu olahraga semacam sepatu lari yang alasnya bergerigi. Gw saat itu salah pakai sepatu, gw pakai sepatu yang alasnya rata jadilah bahaya kalau lagi naik jalan yang curam.

Mount Takao
Papan penunjuk jalan

Mount Takao
Jalan setapak tanah

Mount Takao
Yakuo-In Temple di Trail 1

Mount Takao
Suspension Bridge di Trail 4

Oh ya, saat berkunjung ke Mount Takao, gw sarankan untuk bawa bekal ya, soalnya gw jamin kalian bakal kelaparan akibat kehabisan tenaga wehehe. Sebenarnya di atas gunung pun ada beberapa spot orang jualan, meskipun begitu yang dijual kebanyakan cemilan, kebanyakan cemilan, makanan agak berat yang dijual pun hanya sejenis sukiyaki itupun nggak ada nasinya :" (*Kebiasaan orang Indo, nggak pakai nasi, nggak kenyang). Jadi jangan berekspektasi kayak pas naik gunung di Indo dimana kita bisa nemu abang-abang atau mbak-mbak penjual indomie, pecel, bakwan goreng panas, soto ayam, atau kopi panas di perjalanan. 

Mount Takao
Stand penjual

Mount Takao
Istirahat sejenak sambil menyantap sukiyaki panas 500-an yen

Penurunan

Oke setelah puas menjelajah gunung Takao dan kaki sudah tidak kuat rasanya untuk diajak mendaki -saking lelahnya bahkan sampai lupa mengambil foto saat sudah mencapai puncak gunung takao :"), maka diputuskan untuk turun saja. Nah untuk turun ini juga ada beberapa opsi sebagaimana saat mendaki tadi, antara kita ingin naik cable car atau chair lift; atau ya jalan kaki saja. Kami pun memilih untuk jalan kaki karena mikir pasti nggak capek, toh jalanannya turun kan? *asumsi awal. Ternyata o ternyataaa, jalanan turunannya curam kali permirsahh!!! Ada beberapa jalan yang sudut kemiringannya hampir 45 derajat, jadi intinya sama aja: butuh tenaga untuk menopang berat tubuh agar tetap seimbang saat turun dan tidak jatuh bergelindingan. Padahal jalan-jalan tersebut sudah menggunakan prinsip "pesawat sederhana" -pelajaran fisika jaman SMP, yaitu dibuat miring dan berkelok-kelok untuk meminimalisir kerja yang dilakukan, tapi yah tetap melelahkan juga*ngeluh mulu XD. Nggak bisa bayangin kalau pas berangkat tadi milih jalan kaki ketimbang chair lift hahaha. Lain kali, mungkin gw akan berkunjung kesini lagi tapi dengan kondisi tubuh yang lebih fit jadi bisa jalan kaki dari titik awal pendakian sampai puncak. Aaaamiin

Pesawat sederhana

Syukurnya, jalanan turun ini berupa cor atau aspal jadi setidaknya tidak berbahaya kalau sedang hujan, meskipun begitu nggak memungkiri juga dengan jalanan aspal yang keras itu akan membuat tekanan kaki ke jalan semakin sakit karena tahanan yang kuat dari si aspal, seperti yang dipaparkan oleh hukum 3 Newton (duh, kesambet apa gw jadi ngomongin fisika). Nah ini dia gambaran jalan turunnya.

Mount Takao
Turuuuuuuuuuun

Mount Takao
Curam

Mount Takao
Garis Finish, Yeyyy

Alhamdulillah, akhirnya setelah menempuh perjalanan turun selama kurang lebih 45 menit, akhirnya sampailah gw dan teman-teman di garis finish. Sebenarnya di bagian lereng ini terdapat beberapa macam objek wisata seperti kuil atau museum, namun berhubung saat itu gw udah lapar (lagi) dan ngidam makan spaghetti tinta cumi-nya Pizzeria di Koganei, gw memutuskan nggak mampir ke objek wisata tersebut dan langsung cabut pulang wehehehe.

Mount Takao
Menyusuri jalan pedesaan setelah melewati garis finish
Mount Takao
Museum di lereng gunung

Cuap Cuap Terakhir

Nah itu dia pengalaman gw ke Mount Takao, semoga bisa membantu teman-teman yang sedang merencanakan liburan ke Tokyo.

Sampai jumpa!!!





Ditulis dikala seharusnya mengerjakan revisi proposal penelitian,
namun memilih untuk kabur sejenak dan menulis kenangan saja

0 komentar:

Posting Komentar